Wednesday, August 8, 2012

# #15harimenulisceritadiblog

Terimakasih, sayang.

20, Januari 2001

Dear Diary,
Sudah genap 2 bulan sejak dia membatalkan pernikahan kami. Dan selama itu juga aku masih berdiam diri saja di kamar. Hanya keluar dari kamar jika aku perlu. Aku menjadi seorang yang pemarah, aku menjadi pemurung, aku terus-menerus cemberut, jika ada yang mengganggu sedikit saja aku akan marah sejadi-jadinya. Iya itu kata mama. Dan yang aku rasa memang aku menjadi seseorang yang seperti itu, kacau.

Aku yang tempramen sejak Agnan melakukan ini semua padaku. Dia mencampakkanku di hadapan keluarga dan teman-teman dekatku, membuat harga diriku seolah-olah menguap entah kemana. Aku benar-benar di permalukan, seumur hidupku dia lah seorang pria yang benar-benar mengobrak-abrik hidupku, menghancurkannya hingga menjadi molekul yang paling sederhana. Sungguh sejak kejadian itu aku benar-benar ragu untuk memulai kisah cinta lagi dengan pria mana pun, aku trauma. Bagaimana tidak? Pria bajingan itu membatalkan pernikahan pada H-7 ketika semua hal hampir rampung, ketika tinggal selangkah lagi untuk menuju sesuatu yang sudah aku mimpikan selama ini, dan ternyata aku dibodohi.. Dia selama ini menduakanku. Bajingan! Brengsek! Caci dan maki tidak akan cukup untuk menghina pria sepertimu! Jika ada kata yang lebih kasar dari apapun, itu takkan pernah cukup untukmu.. Kamu berhasil membuat seluruh hidupku menjadi muram dan berantakan.

Lalu mengapa kau memilih untuk sepakat sewaktu kita membicarakan tentang pernikahan? Kau malah berkata "tunggu saja, minggu depan aku akan datang bersama keluargaku" Iya kau benar, dan jadi maksudmu itu adalah kedokmu agar tidak ketauan bahwa kau adalah orang yang busuk? Sial!
Aku kalah olehmu, selamat karena kamu berhasil mengalahkanku! Apa kamu kira menikah itu adalah hal yang mudah? Tidak! Pernikahan itu hal yang sangat sakral! Kau bodoh, aku lebih bodoh tertipu olehmu. Aku belum berani untuk memulai lagi kisah cinta dengan siapa pun itu. Aku masih menutup rapat pintu hatiku untuk siapa pun, bukan karena masih ada rasaku padamu. Aku hanya ragu untuk memulai, aku takut kejadian tidak menyenangkan semacam itu akan terulang kedua kalinya. Sudah 2 bulan dan air mata ini tetap belum kering, masih teringat jelas bagaimana malunya Ayah dan Ibu, kau hebat sekali telah mempermalukan mereka. 2000 undangan telah disebar lalu tiba-tiba semuanya batal karena kau malah pergi dengan mantanmu itu! Brengsek! Agnan.. Aku benci kamu!
Aku tidak mau bertemu kamu lagi! Sungguh suram hidupku ini karenamu. Sialan,  kenapa hidupku harus sekacau ini. Aku kira hidupku akan berjalan lancar seperti yang aku rencanakan, ternyata tidak. Kau merusak rencana hidupku! Aku harap setelah ini semua kau mendapat karma atas apa yang kau perbuat padaku! Tuhan akan adil, dia berpihak padaku dibanding orang jahat sepertimu!



**
Ku temukan diaryku 5 tahun lalu, ternyata kejadian itu masih membekas di otakku. Aku tiba-tiba teringat akan rasa sakit dan kecewaku karena Agnan. Hatiku seolah merasakan kembali rasa sakit itu, air mataku berlomba ingin menetes. Astaga, tuhan.
Untung aku sedang sendirian di rumah, entah mengapa tiba-tiba aku ingin membereskan lemari buku yang berantakan itu. Ternyata aku temukan diaryku. Aku kembali bersedih dan menangis sejadi-jadinya. Untung suami dan anakku sedang pergi ke luar. Iya memang aku sekarang sudah menikah, Aku menikah dengan Dimas sejak 2 tahun lalu, anakku sekarang baru berumur 1 tahun. Dimas adalah pria yang sangat baik, dia berhasil menyembuhkan traumaku. Aku bahagia hidup bersamanya. Aku menangis bukan karena aku rindu atau pun masih sayang pada Agnan, tapi benciku ini begitu menggebu-gebu, aku begitu sakit hati. Tapi semenjak ada Dimas semua berubah menjadi baik, dia kembali membuat hidupku indah dan dia membuatku bahagia kembali. Ditambah sekarang kami memiliki seorang anak perempuan yang cantik. Trauma, ragu, dan rasa takutku berhasil dia hilangkan. Dia mengerti apa yang kurasa, dia sabar menghadapi aku yang seperti ini. Dia sayang padaku. Dia berhasil membawaku kembali dari kehidupanku yang gelap di masa lalu, semua hal kelam itu sudah aku buang jauh berkat Dimas.


Ku tutup diary itu, aku pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka agar tidak terlihat bahwa aku menangis.
Ku bereskan semua nya. Pukul 3 sore Dimas dan Sissy pulang, ah kebahagianku sudah sampai di rumah. Mereka yang membuat aku bahagia hingga sekarang. Terimakasih Dimas dan Sissy. Sekarang kami sedang bercengkrama dan tertawa di ruang tv.. Tuhan, jagalah kebahagiaanku ini, biarkan mereka tetap menjadi kebahagiaanku.. Semoga segala hal baik selalu berpihak padaku.

No comments:

Post a Comment