Wednesday, August 8, 2012

# Meracau

Ini yang tak pernah aku mengerti.

Bertemu itu takdir, berpisah juga takdir.
Kita pernah memilih untuk itu? Tidak!
Ketika kita dipertemukan dengan seseorang?
Ketika kita harus bertemu dengan sesuatu yang kita suka atau kita tidak suka.
Ketika kita akhirnya harus berpisah dengan seseorang?
Atau ketika sesuatu harus berakhir, kita harus ikhlas merelakannya?
Itukah pilihan kita?

Apa yang kamu rasa jika hal yang berakhir itu tak pernah kamu ketahui alasannya?
Kau menyesali setiap pertemuan yang terjadi?
Menjadi pertanyaan besar dalam benakmu kah alasan itu?
Kau benar-benar ingin tau setiap alasan untuk suatu hal?
Dan bila pertanyaan besar itu tetap menjadi sebuah pertanyaan besar yang tersimpan dengan baik.
Diam, bungkam, terkunci, kaku, ciut.
Tak ada nyali untuk mencari jawaban dari pertanyaan itu.
Butuh waktu panjang untuk mengumpulkan keberanian, menyiapkan nyali dan mental yang kuat untuk mencari jawaban dan pecahkan teka-teki, kebingungan, rasa penasaran maksimal.

Ternyata itu semua harus kucari jawabannya setelah semua cerita berakhir.
Cerita kita yang kau akhiri tepatnya.
Iya, tepat setahun setelah ini berakhir aku dapatkan semua jawaban.
Jawaban yang aku cari selama ini.
Iya, tak mudah melakukan ini.
Setelah setahun ku sembunyikan tanya dibalik rindu.
Rindu yang ternyata dibaliknya ada rasa penasaran.
Terselip rasa ingin tahu tentang apa yang terjadi padamu hari ini.
Ketika kau memutuskan untuk mengakhiri ini semua, mungkin menurutmu itu artinya kau memutuskan untuk berhenti mengabariku juga.
Mengakhiri semuanya.
Ini semua menyisakan rindu yang menyesakkan.
Kau tak pernah paham arti rinduku ini, tak bertepi.
Rindu yang semakin menjadi-jadi.
Tapi haruskah kita berhenti saling mengabari?
Walaupun kita teman kita bisa tetap saling memberi kabar kan?
Ini hanya argumenku, mungkin kau tidak berargumen sama.
Ya, memang kan kau tak pernah perduli dengan argumenku.
Tak pernahlah kau dengar apa yang kukatakan, cukup kau iyakan tanpa kau mengerti.

Apa yang salah dariku hingga tak pernah kau dengarkan?
Apa perlu aku terus mendesakmu, apa perlu aku marah padamu karena ini?
Aku hanya ingin kamu dengarkan.
Tidak lebih.
Aku hanya ingin tetap kau ingat walaupun kita bukan siapa-siapa.
Kau tau? Diam-diam aku selalu melihat linikalamu.
Mencaritau status yang kau buat hari ini.
Memang tidak mudah menjadi stalker.
Kau harus tau betapa sulitnya menjadi stalker.
Betapa sulitnya menerima kenyataan bahwa kau membuat status yang mungkin bukan ditujukkan untukku lagi.
Siapa bilang ini semua mudah, ini sulit.
Ini menanggung beban, beban perasaan yang tak sanggup menerima bahwa kita tidak ada apa-apa lagi sekarang.

Baiklah, sebaiknya aku segera selesaikan tulisan tidak karuan ini.
Terimakasih.
Terimakasih banyak untuk pertemuan singkat kemarin, terimakasih untuk semua jawaban dari pertanyaanku.
Iya, akhirnya aku tau bahwa kau memang pernah menyayangiku, aku tau kenapa alasanmu meninggalkanku, aku tau kenapa kau seperti ini.
Setidaknya aku merasa berarti kembali, maafkan aku sempat berpikiran buruk dan tidak mempercayaimu.
Bahwa selama 2 tahun bersama kita memang saling menyayangi, hingga akhirnya salah satu memang memutuskan ingin sendiri.
Iya, semua pertanyaan ku akhirnya menemukan jawabannya.
Terimakasih untuk semuanya, aku mau move on.
Tapi pasti aku akan kangen kamu.
Ya baiklah semua yang kurasa akan ku simpan baik-baik.
Selamat tinggal, jaga diri baik-baik, Mantan.
Tetap jadi yang di rindukan ya.
Semoga kamu masih bisa aku hubungi.



Dikutip dari cerita nyata saya dengan edit sana-sini.

No comments:

Post a Comment