Kita
hanya terus terdiam tanpa kata, tanpa lirikan, tatapan, apalagi sentuhan, hanya
angin yang melewati kupingku dan secangkir teh yang mulai mendingin seiring
dengan kita yang diam tanpa sepatah kata pun. Aku, ragu untuk memulainya.
Tatapan matanya sungguh tidak enak di hati ini, matanya memerah karena menahan
amarah, wajahnya menekuk menunjukkan dia tidak dalam kondisi mood yang baik.
Dia marah padaku dan enggan melirikku sedikit pun. Sebesar apa kesalahanku sehingga
dia memperlakukan aku seperti ini? Hanya karena dia memergoki aku sedang
bertemu dengan Nina mantan pacarku, dia terlalu cepat mengambil keputusan. Dia
terlalu cepat menyimpulkan apa yang telah dia lihat, padahal sebenarnya apa
yang telah dia lihat tidak sesuai dengan apa yang dia pikirkan, aku dan Nina
pergi ke tempat makan hanya untuk sekedar mengobrol bersama karena kami sudah
lama sekali tidak bertemu, aku dan Nina berteman baik setelah kami putus namun
Olivia selalu saja mengira kami masih saling menyimpan rasa dan Olivia menjadi
sangat posesif, ayolah Olivia seharusnya kamu sadar! Selama aku milikmu, tentu
saja perasaan sayang dan cintaku hanya untukmu tanpa perlu untuk kamu
pertanyakan lagi. Namun jika aku terus-menerus dibuat seperti ini, aku tidak
nyaman dan bisa saja aku pergi dari Olivia untuk mencari wanita yang dapat
mengerti aku. Seisi kepalaku sangat gaduh dengan berbagai macam pikiran yang
tak karuan.
"Salah gue karena gue
jalan sama mantan gue? Jadi dia cuekin gue? Iyalah! Bego gue ga hargain
perasaan dia pas liat gue sama Nina" batinku berkata
Jika diam ini tak aku pecahkan, mana bisa semuanya berakhir dan
menuju kepastian. Baiklah, aku yang akan mulai pembicaraan ini. Aku beranikan
diri memecah keheningan ini. Dia memang selalu begitu, mau tidak mau aku harus
memulai ini semua.
"Liv,
ngomong dong jangan diem kayak gini terus mau kamu apa sih sebenernya? Cuma
gini doang kamu diemin aku? Cuma karena hal sepele kamu diemin aku?"
"Kamu tuh
ya kenapa sih marahin aku terus? Harusnya aku yang marah sama kamu! Kamu
seenaknya jalan sama mantan kamu"
"Loh? Kan
kamu tau sendiri. Jauh sebelum aku sama kamu, aku udah temenan deket sama Nina,
kenapa aku mesti jauhin dia? Kita kan ngga ada apa-apa lagi, percaya dong sama
aku"
"Ya udahlah
sana pergi aja kamu sama mantan kamu itu kalo kamu lebih milih dia. Kamu emang
ngeselin ya!"
Emosi Olivia yang meluap-luap karena kata-kataku membuat wajahnya
semakin memerah karena emosi, sesaat kemudian air mata jatuh membasahi wajahnya
yang sedang menahan amarah padaku. Astaga, ucapanku ternyata telah melukai
hatinya. Ucapanku yang dibumbui emosi saat itu mungkin bagi Olivia lebih tajam
dari pedang yang menusuk dirinya. Dia mungkin kecewa padaku dan kata-kataku,
suasana yang sudah tidak karuan, aku segera menenggelamkan Oliv dalam pelukanku
berusaha untuk menenangkannya agar berhenti dari tangisnya. Aku menyesal
membuanya menangis. Aku biarkan dia menangis dalam pelukanku hingga air matanya
membasahi bajuku dan dia menangis semakin tersedu-sedu.
"Liv, maaf.
Jangan nangis lagi. Aku nyesel, nggak akan marahin kamu lagi deh. Nanti-nanti
kita omongin baik-baik" ucapku pada Oliv
sembari mengusap-ngusap kepalanya yang ada dalam pelukanku.
Rasanya seolah ada pergolakan batin saat melihat orang yang aku
sayangi menangis di hadapanku, aku mengecewakannya dan aku meragukannya. Dia
menangis tersedu, aku tak tahu bagaimana agar menenangkannya, tangisnya semakin
menjadi-jadi. Aku bisikkan di telinganya bahwa aku benar-benar menyesal dan
meminta maaf padanya. Ku cium keningnya dan kembali menenggelamkan Olivia dalam
pelukanku. Ayolah perempuanku, maafkan aku ini. Dengarkan aku dan yakinilah aku
bahwa hanya kamu satu-satunya yang ada di hatiku dan tak ada gantinya.
Percayalah.
"Udah sayang, plis jangan nangis lagi. Lihat aku, aku janji
sama kamu nggak akan marahin kamu lagi. Dengerin, kamu percaya sama aku kalo
aku sayangnya sama kamu doang"
Kemudian dia menghapus air matanya dan berusaha kembali tersenyum,
inikah ketika wanita terluka dan kecewa? Air mata seorang wanita melambangkan
bahwa mereka rapuh dan mudah terluka? Atau inikah tanda mereka ketika mereka
sudah menahan rasa kecewa dan sedih yang sudah terlalu dalam? Air mata wanita
nampakanya memiliki banyak arti, namun air mata Oliv yang ini melambangkan
kecewanya dia kepadaku. Aku kemudian berpikir, hanya lelaki bodoh lah yang
terus menerus mengecewakan wanita yang dia cintai dan bahkan membuatnya hingga
menangis. Saat itulah aku mengerti mengapa dia kecewa dan menangis, iya karena
dia menyayangiku dan aku tidak mau menyia-nyiakannya. Sejak kali ini air mata
itu terlalu berharga untuk dijatuhkan saat aku membuatnya terluka. Simpanlah
air matamu untuk suatu saat nanti, suatu saat nanati di hari bahagia kita
dimana kita bahagia bersama. Senyum yang tersungging di wajahmu lebih indah
dibanding tangismu, percayalah. Aku mencintaimu, ucapku dalam hati.
No comments:
Post a Comment