Wednesday, August 8, 2012

# Cerpen Ala-Ala

Air Mata

Kita hanya terus terdiam tanpa kata, tanpa lirikan, tatapan, apalagi sentuhan, hanya angin yang melewati kupingku dan secangkir teh yang mulai mendingin seiring dengan kita yang diam tanpa sepatah kata pun. Aku, ragu untuk memulainya. Tatapan matanya sungguh tidak enak di hati ini, matanya memerah karena menahan amarah, wajahnya menekuk menunjukkan dia tidak dalam kondisi mood yang baik. Dia marah padaku dan enggan melirikku sedikit pun. Sebesar apa kesalahanku sehingga dia memperlakukan aku seperti ini? Hanya karena dia memergoki aku sedang bertemu dengan Nina mantan pacarku, dia terlalu cepat mengambil keputusan. Dia terlalu cepat menyimpulkan apa yang telah dia lihat, padahal sebenarnya apa yang telah dia lihat tidak sesuai dengan apa yang dia pikirkan, aku dan Nina pergi ke tempat makan hanya untuk sekedar mengobrol bersama karena kami sudah lama sekali tidak bertemu, aku dan Nina berteman baik setelah kami putus namun Olivia selalu saja mengira kami masih saling menyimpan rasa dan Olivia menjadi sangat posesif, ayolah Olivia seharusnya kamu sadar! Selama aku milikmu, tentu saja perasaan sayang dan cintaku hanya untukmu tanpa perlu untuk kamu pertanyakan lagi. Namun jika aku terus-menerus dibuat seperti ini, aku tidak nyaman dan bisa saja aku pergi dari Olivia untuk mencari wanita yang dapat mengerti aku. Seisi kepalaku sangat gaduh dengan berbagai macam pikiran yang tak karuan.

       "Salah gue karena gue jalan sama mantan gue? Jadi dia cuekin gue? Iyalah! Bego gue ga hargain perasaan dia pas liat gue sama Nina" batinku berkata


Jika diam ini tak aku pecahkan, mana bisa semuanya berakhir dan menuju kepastian. Baiklah, aku yang akan mulai pembicaraan ini. Aku beranikan diri memecah keheningan ini. Dia memang selalu begitu, mau tidak mau aku harus memulai ini semua.


"Liv, ngomong dong jangan diem kayak gini terus mau kamu apa sih sebenernya? Cuma gini doang kamu diemin aku? Cuma karena hal sepele kamu diemin aku?"

"Kamu tuh ya kenapa sih marahin aku terus? Harusnya aku yang marah sama kamu! Kamu seenaknya jalan sama mantan kamu"

"Loh? Kan kamu tau sendiri. Jauh sebelum aku sama kamu, aku udah temenan deket sama Nina, kenapa aku mesti jauhin dia? Kita kan ngga ada apa-apa lagi, percaya dong sama aku"

"Ya udahlah sana pergi aja kamu sama mantan kamu itu kalo kamu lebih milih dia. Kamu emang ngeselin ya!"


Emosi Olivia yang meluap-luap karena kata-kataku membuat wajahnya semakin memerah karena emosi, sesaat kemudian air mata jatuh membasahi wajahnya yang sedang menahan amarah padaku. Astaga, ucapanku ternyata telah melukai hatinya. Ucapanku yang dibumbui emosi saat itu mungkin bagi Olivia lebih tajam dari pedang yang menusuk dirinya. Dia mungkin kecewa padaku dan kata-kataku, suasana yang sudah tidak karuan, aku segera menenggelamkan Oliv dalam pelukanku berusaha untuk menenangkannya agar berhenti dari tangisnya. Aku menyesal membuanya menangis. Aku biarkan dia menangis dalam pelukanku hingga air matanya membasahi bajuku dan dia menangis semakin tersedu-sedu.


"Liv, maaf. Jangan nangis lagi. Aku nyesel, nggak akan marahin kamu lagi deh. Nanti-nanti kita omongin baik-baik" ucapku pada Oliv sembari mengusap-ngusap kepalanya yang ada dalam pelukanku.


Rasanya seolah ada pergolakan batin saat melihat orang yang aku sayangi menangis di hadapanku, aku mengecewakannya dan aku meragukannya. Dia menangis tersedu, aku tak tahu bagaimana agar menenangkannya, tangisnya semakin menjadi-jadi. Aku bisikkan di telinganya bahwa aku benar-benar menyesal dan meminta maaf padanya. Ku cium keningnya dan kembali menenggelamkan Olivia dalam pelukanku. Ayolah perempuanku, maafkan aku ini. Dengarkan aku dan yakinilah aku bahwa hanya kamu satu-satunya yang ada di hatiku dan tak ada gantinya. Percayalah.


"Udah sayang, plis jangan nangis lagi. Lihat aku, aku janji sama kamu nggak akan marahin kamu lagi. Dengerin, kamu percaya sama aku kalo aku sayangnya sama kamu doang"


Kemudian dia menghapus air matanya dan berusaha kembali tersenyum, inikah ketika wanita terluka dan kecewa? Air mata seorang wanita melambangkan bahwa mereka rapuh dan mudah terluka? Atau inikah tanda mereka ketika mereka sudah menahan rasa kecewa dan sedih yang sudah terlalu dalam? Air mata wanita nampakanya memiliki banyak arti, namun air mata Oliv yang ini melambangkan kecewanya dia kepadaku. Aku kemudian berpikir, hanya lelaki bodoh lah yang terus menerus mengecewakan wanita yang dia cintai dan bahkan membuatnya hingga menangis. Saat itulah aku mengerti mengapa dia kecewa dan menangis, iya karena dia menyayangiku dan aku tidak mau menyia-nyiakannya. Sejak kali ini air mata itu terlalu berharga untuk dijatuhkan saat aku membuatnya terluka. Simpanlah air matamu untuk suatu saat nanti, suatu saat nanati di hari bahagia kita dimana kita bahagia bersama. Senyum yang tersungging di wajahmu lebih indah dibanding tangismu, percayalah. Aku mencintaimu, ucapku dalam hati.



No comments:

Post a Comment