Wednesday, August 8, 2012

# Cerpen Ala-Ala

Haruskah aku?

Senja kembali menyapaku yang sedang duduk manis di belakang rumah dengan secangkir teh hangat dan sebuah novel yang sedang aku selesaikan membacanya. Novel ini baru saja aku beli kemarin siang dari sebuah toko buku ternama di kota ini. Senja sudah menyapa dan artinya sore sudah tiba. Aku terhanyut hingga tak sadar bahwa hari sudah sore. Aku terhenti di halaman 92. Rasanya ada sesuatu dibalik angka ini. Tapi aku lupa dan aku sedang mencoba untuk mengingat ada apa di balik angka itu.

Aku segera bergegas merapikan novel, teh dan semua yang ada disana. Aku bergegas menuju kamar untuk bersiap mandi, nampak nya setelah menghentikan sejenak membaca novel itu pikiranku jadi kabur dan melayang. Aku mencoba mengingat sesuatu yang mungkin pernah aku ingat atau aku alami. Aku saat itu benar-benar lupa apa yang sebenarnya aku pernah alami dibalik angka 92 itu. Apakah itu hanya sebuah angka? Sebuah halaman? Sebuah angka dari sebuah tahun lahir milik seseorang? Atau sebuah angka yang ada sangkut paut nya denganku? Atau kah sebuah tanggal dan bulan? Atau apa? Mengapa bisa aku lupa. Sejauh ini kah aku berjalan dari masa lalu? Jika berjalan mungkin aku masih berjalan perlahan dan tidak akan sejauh ini, aku sudah berlalri, berlari terlalu jauh dari masa lalu.
**

Pagi ini aku harus kembali bangun dan menghadapi realita hari ini, menghadapi semua hal yang akan terjadi hari ini seperti yang sudah tuhan rencanakan. Ah aku harus pergi kuliah kemudian aku harus pergi kerja part time di sebuah cafe yang tak jauh dari kampus, ah hari senin selalu terasa lebih cepat datangnya bagi seorang seperti aku. Bagi seorang mahasiswi yang mengambil kerja part time aku terhitung lebih repot dibanding yang lain, bahkan jika ada waktu libur aku jarang untuk pergi keluar rumah, aku lebih betah istirahat di rumah. Bahkan Mama sendiri aneh jika aku tidak seperti anak lain yang kerjanya main melulu. Entahlah, aku selalu merasa lelah di akhir pekan dan aku butuh istirahat. Kadang aku memang ingin seperti mereka, pergi ke mall atau sekedar menikmati sebuah film yang sedang ada di bioskop saat itu. Tapi entahlah, semua kan ada waktunya.

Aku langkahkan kakiku keluar dari rumah setelah aku berpamitan pada Mama, aku berlari karena nampaknya aku sudah terlambat. Aku segera menuju halte dan berharap aku tidak ketinggalan bis. Dan aku datang tepat waktu saat bis datang. Aku sedikit was-was karena aku yakin aku terlambat. Aku terlambat 15 menit ketika sampai di kampus dan ketika aku sedang berlari menuju kelas, aku tidak melihat jalan dan menabrak seorang kakak senior hingga semua yang ada di tanganku jatuh berantakan berhamburan ke lantai. Aku segera merapikannya dan aku meminta maaf pada kakak seniorku itu, ketika aku berlari dia berteiak memanggilku dan mengatakan ada barang milikku yang tertinggal. Aku segera menghampirinya dan itu adalah sebuah postcard. Hah? Sebuah postcard? Rasanya aku tidak pernah memiliki itu? Lantas postcard itu milik siapa? Tanpa pikir panjang aku segera mengambilnya dan mengatakan terimakasih lalu kembali berlari karena aku sudah terlambat. Sesampainya di kelas ternyata dosen belum datang, tenang rasanya, aku segera bergegas menuju tempat dudukku dan Sissy sahabatku dengan penuh rasa penasaran bertanya padaku mengapa aku terlambat.

"Kenapa telat ri? Abis ngapain kamu? 
"Entar udah kelar aku ceritain sambil makan siang, sekarang sih dosennya udah dateng tuh"


**

Pukul 11.30.
Mata kuliah telah selesai, aku dan Sissy segera pergi ke kantin seperti janjiku tadi pagi aku akan menceritakan padanya mengapa aku telat pagi ini selain karena sebenarnya aku telat bangun dan insiden tabrakan tadi pagi. Kami berdua segera menuju tempat favorit kami.

"Yaudah ayo sekarang kamu cerita dong ri kenapa telat? Abis tumben banget kamu telat"

"Tadi pagi sebenernya aku telat bangun udah gitu aku engga sengaja nabrak ka Reno gara-gara aku buru-buru lari ke kelas, taunya ada yang jatoh dan Ka Reno manggil aku, yaudah aku balik lagi dan aku ambil apa barang aku yang ketinggalan. Taunya postcard gitu, tapi aku engga inget itu postcard dari siapa soalnya aku belum keburu liat lagi"

"Ah kamu ini aneh aneh aja sih Riri! Coba mana postcard nya sini aku liat"

"Nih si, coba kamu liatin dulu deh aku mau pesen makan ah aku laper"

Entah kenapa aku merasa sedikit ada yang janggal, sebenarnya itu postcard milik siapa? Apakah postcard itu tidak bertuan? Tapi tidak mungkin aku menyimpannya dalam binderku jika itu tidak bertuan. Baiklah saat ini banyak tanya menyeruak dalam kepalaku, siapakah yang aku cari dan aku coba ingat-ingat?

**

"Ririiii sini sini ini ada nama pengirim postcard nya"

"Oh iya si? Mana coba aku lihat nama pengirimnya siapa? Sini aku mau baca dulu apa isinya, kok aku lupa banget yah?"

"Nih liat aja sendiri sama kamu"

Aku segera mengambil postcard itu dan mulai tidak karuan untuk melihat nama siapa pengirim postcard ini, ayolah rasa penasaranku akan segera terjawab setelah aku melihat nama siapa yang tercantum disitu dan apa isinya, ternyata bukan hanya postcard, ada sebuah surat di dalamnya.

Dari : Dean Aryadiaz
Untuk : Riri Assonia

Isinya : Halo Riri, apa kabar? Iya ini aku Dean.
Ah aku rindu kamu Ri, rasanya pacaran jarak jauh seperti ini cukup menyiksaku.
Iya, tinggal berbeda pulau seperti ini cukup menyulitkan, kapan kita bisa bertemu?
Ini aku beri nomor handphoneku.
Jika kau sempat dan punya waktu, segera hubungi aku.
Aku akan menunggu kamu menghubungi aku.
JIka aku ada libur, bulan depan aku main ke Bandung untuk menemuimu.
Maaf aku hanya bisa mengirim sepucuk surat dan sebuah postcard.
Tunggu aku bulan depan aku akan bawakan sesuatu untukmu.

Tertanda, Dean.
Dean? Oh ini Dean Aryadiaz? Seorang yang berhasil menghancurkan semua harapan?
Dan postcard nya hanya bertuliskan "I Love You Riri". Ah sial kenapa ini harus ku temukan, kenapa ini masih ku simpan? Seingatku semua tentang Dean sudah aku simpan di tempat yang enggan untuk aku buka kembali. Kenapa aku harus menemukan ini dan semua ingatanku tentang Dean yang sudah aku buang jauh kini kembali lagi. Tuhan, aku tak mau kecewa lagi. Aku tau aku rindu padanya tapi itu tidak sebanding dengan rasa kecewaku. Aku melamun sebentar memikirkan ini semua sampai akhirnya Sissy yang menyadarkanku dari lamunanku.

"Ri? Kenapa? Dean itu siapa Ri? Mantan kamu itu kah? Kok kamu diem sih Ri?"

"Si, ini dari Dean si. Kenapa aku harus nemuin ini, aku jadi inget lagi sama semua tentang Dean"

"Dean mantan kamu yang kamu pernah ceritain itu kan? Yang kata kamu first love kamu itu? Yang dia juga yang ngecewain kamu banget?"

"Iya si."

"Ah kok kamu jadi cemberut gitu sih udah ah jangan dipikirin, abis ini kita jalan yah biar kamu engga mumet"

Aku benar-benar tak habis pikir, setelah aku berlari jauh melupakan masa lalu kemudian aku kembali terpuruk dan jatuh karena ini? Ini artinya semua tentang Dean masih melekat jelas dalam otakku dan aku hanya mencoba menepiskannya tidak benar-benar melupakannya. Arti 92, itu kini sudah aku temukan. Dan ternyata itu adalah sebuah tanggal dan bulan dimana kamu pertama kali mengirim postcard itu.

**

Setelah hari ini aku pergi bersma Sissy lalu aku pergi ke tempat kerja part time ku saatnya aku memanjakan diriku malam ini. Aku segera melemparkan diriku ke tempat tidur dan masih memikirkan tentang postcard itu, dan Dean.
Dean, Dean, Dean dan Dean, oh tidak dia kembali lagi dalam ingtanku setelah aku membuangnya jauh jauh. Aku sebenarnya memang merindukannya dan aku ingin tau kabarnya. Tapi apa pedulinya dia padaku? Untuk apa aku memikirkannya. Tapi aku tidak bisa menepiskan semuanya. Iya aku benar-bena rindu pada Dean. Dia dimana sekarang? Dia apa kabar? Dia dimana sekarang? Apa dia sudah menemukan penggantiku? Apa dia bahagia sekarang? Dia dimana? Apa dia masih sehat dan tanpa ada kurang sedikitpun? Astaga aku benci bertanya-tanya dan menerka-nerka! Semoga Dean baik-baik saja. Ah tuhan tolong aku!

Ah bukankah di surat yang tadi ada nomor handphone nya? Apakah aku harus mencoba untuk menelponnya? Aku benar-benar penasaran.

Aku mencoba mencari postcard yang tadi dan membuka surat yang ada bersamanya, aku tekan tombol yang ada disitu, aku coba hubungi dan tersambung. Ah apakah ini Dean?

"Halo?"
Ah ini suara Dean, aku hafal sekali suaranya dulu seperti apa. Aku tidak bisa berkata-kata dan segera aku matikan telponnya. Ah aku harus bagaimana, ah aku bodoh.

Aku menaruh handphone ku di meja belajar dan aku mulai mondar-mandir, aku bingung. Apa yang harus aku lakukan. Ah aku takut.

*drrrrrrrrttt*
Handphoneku bergetar.


Aku segera mengambil handphoneku dan berharap itu sms dari Dean. Dan ternyata benar.


"maaf ini siapa ya? ada apa barusan telpon?

Tanpa pikir panjang aku segera membalas sms itu.

"ini Dean kan?"

Aku cemas menunggu balasn sms itu, tuhan...
Handphoneku kembali bergetar dan dari nomor yang sama.

"iya, ini Dean. Ini siapa ya? Ko tau saya?"

"Dean ini aku Riri, masih inget sama aku?"

"Hah? Riri? Riri Assonia? Benar?"

"Iya De, ini Riri Assonia. Apa kabar? Lama sekali kita tidak berkomunikasi"

"Ah Ri, aku baik sekali, kamu apa kabarnya? Dapat nomorku darimana ngomong-ngomong? iya lama sekali kita tidak berkomunikasi."

"Aku baik De, aku temukan nomormu dari postcard mu yang dulu itu. Sekarang kamu dimana? Masih di yang dulu?"

"Iya Ri, aku masih di Kalimantan nih masih di tempat dulu. Kamu sekarang sama siapa Ri? Pasti udah seneng ya sama orang baru disana. Sombong nih sama aku"

"Ah bisa aja kamu De, aku engga sama siapa-siapa kok masih sendiri aja hehehhe kamu kali tuh"

"Loh masa sih? bercanda nih kan? hahaha"

"Serius Deaaan aku engga boong nih"

Tanpa sadar aku terlalut betapa bahagianya aku bisa bertemu lagi dengan Dean di dunia yang maya. Ah sudah larut malam, aku bahagia dan aku melupakan rasa sakitku dulu. Pembicaraan kami berlangsung hingga kami pergi tidur.

**

Aku masih bertanya-tanya, kenapa aku bahagia? Apa aku berharap untuk bisa kembali bersma Dean? Entahlah, ini rasanya aneh. Aku kembali merasakan perasaan yang sama seperti awal berjumpa? Akankah? Atau mungkin ini berakhir dengan rasa kecewa? Aku ikuti saja alurnya. Lebih baik aku minta pendapat Sissy aku harus bagaimana. Aku harus bergegas kuliah agar tidak terlambat lagi.

**

"Si, semalem aku smsan sama Dean"

"Apa Ri? Dean? Loh katanya kamu benci sama dia? Kecewa sama dia? Kok jadi kayak gini sih?"

"Aku juga gatau Si, aku ngerasa seneng banget. Ini rasanya kayak pertama dulu. Kayak jatuh cinta dari pertama lagi Si. Tapi aku engga mau, tapi aku....."

"Ri, pikirin lagi tentang semuanya, aku bukan engga dukung kamu coba kamu renungin lagi semuanya"

Kata-kata Sissy bikin aku bingung, tuhan aku harus gimana. Ikutin kata hati aku atau kata logika?

**

Hari sudah malam dan aku lelah, aku ingin tidur cepat malam ini. Sebelum aku tidur aku lihat ada sms di Handphoneku dan ternyata dari Dean lagi, berisi selamat malam. Aku gatal sekali ingin membalasnya, dan aku segera membalas smsnya. Aku urungkan niatku untuk tidur lebih cepat dan memulai sedikit percakapan ringan dengan Dean hingga kami tertidur.

Keesokan harinya terus berlanjut seperti ini, tanpa aku beritahu Sissy, aku tetap berkomunikasi dengan Dean. Entah hanya perasaanku saja atau memang nyatanya seperi ini, aku nyaman, ini sama seperti dulu sewaktu pertama kami kenal. Setiap malam kami mengobrol melalui sms, lalu kami mulai bertelpon satu sama lain, rasanya ini seperti punya pacar lagi, tapi aku tidak mau berharap terlalu jauh. Aku takut dikecewakan lagi. Jikalau akhirnya aku harus kecewa, asalkan ku merasa bahgia bersama Dean mungkin kecewa itu akan selalu setimpal. Bahagia dan kecewa bersama Dean mungkin selalu dibuat seimbang. Rasanya, kesan Cinta Pertama begitu melekat erat pada Dean. Setiap keburukan apapun akan selalu membuatku kembali jatuh dalam pelukannya, kembali bahagia karena dia dan kembali tersenyum mengingatnya. Biarkan permainan ini terus berlanjut, entah bagaimana ujungnya.

Sudah 1 bulan sejak kami kembali berkomunikasi, sudah 1 bulan kami ber sms dan telpon setiap malam, membicarakan banyak hal dan tertawa lepas bersama. Dia berjanji katanya dia akan menemuiku, akan mengunjungiku di akhir bulan September nanti dan itu adalah bulan depan, dia berjanji ketika liburan nanti akan merencanakan liburan itu denganku. Aku hanya bisa tersenyum bahagia mengingat kata-katanya. Untuk yang ini aku harus cerita pada Sissy, mungkin aku harus telpon Sissy untuk bercerita.

*tuuuut tuuuuut*


"Halo?"


"Halo Sissy, lagi sibuk gak? Aku pengen cerita nih"

"Eh Ri, tumben amat pake pengen cerita via telpon segala? Besok pagi kita ketemu di kampus kali ah hahahaha"

"Ih aku pengennya sekarang, kamu jangan ketawa dulu dan jangan kaget!"

"Ah apaan sih Ri?"

"Dean mau ke Bandung akhir bulan depan! Dia ngajak aku liburan bareng Si!"

"Hah? Itu doang? Ri, jadi selama ini kamu masih komunikasi sama Dean? Udah sejauh ini? Aku engga yakin Ri. Aku punya feeling engga enak, aku yakin pasti akan kenapa-kenapa"


"Tapi Si dia baik banget Si serius deh! aku ga sabar loh pengen ketemu dia"

"Riri, kamu tuh ya plin plan banget, kamu sendiri yang dari dulu cerita segimana kamu keselnya sama dia dan benci banget. Terus udah sejauh ini kamu jatuh lagi sama dia? Terserah kamu mau denger apa engga. Kalo ada apa-apa jangan salahin aku yang udah ngingetin kamu"

"Ah terserah kamu, kamu engga pernah mau dukung aku buat ini Si"

*tut tut tut*

Aku kesal dan mematikan telpon.

**

Apa yang sudah aku lakukan pada Sissy? Aku marah pada sahabtaku sendiri karena seorang pria? Apa aku salah? Tapi Sissy tidak mau dengar aku. Tapi aku egois hanya karena hal sekecil ini, aku harus segera menemuinya dan minta maaf, besok pagi aku harus menemuinya dia pasti sedang ada di kantin. Dan tanpa berpikir panjang aku segera ke kantin dan aku temukan Sissy sedang duduk sendiri. Maafkan aku Si.

"Si, aku mau minta maaf semalem aku udah marah sama kamu, aku salah kaya gitu, aku egois, maafin aku Si"

"Udah Ri, udah gausah minta maaf, kamu engga salah. Aku yang minta maaf ya engga ngertiin kamu."

"Engga Si, udah ah kita jangan berantem lagi ya, pokonya aku minta maaf banget"

"Iya Ri, sekarang aku engga akan ngatur-ngatur kamu kok, kamu berhak buat cerita sama aku tentang Dean sekalipun aku engga akan larang. Aku cuma bakal kasih saran aja buat kamu"

"Ah kamu emang baik banget Si, makasih"

Entah apakah aku orang yang bodoh akan menyia-nyiakan sahabat sebaik Sissy yang bahkan perbuatanku salah pun dia masih membelaku agar aku bahagia dan tersenyum dihadapannya. Tapi aku masih ingin melanjutkan semua yang sedang aku jalani bersama Dean, aku ingin tahu bagaimana akhir permainan kami, akhir perjlanan dan cerita baru kami. Toh jika akhirnya aku harus dikecewakan seperti apa yang sering Sissy katakan, aku yang bodoh kan jatuh ke lubang yang sama, aku siap menanggung ini semuanya. Baiklah mari kita ikuti alurnya.

**

Hari berganti hari, bulan Agustus sudah berlalu, mendekati hari-hari yang dimana katanya Dean akan berkunjung ke Bandung untuk liburan bersmamaku. H-7 semua masih terasa baik-baik saja, kami masih berkomunikasi seperti biasa menikmati bahagianya dunia yang serasa milik kami berdua. Tapi semakin hari aku semakin berpikir, apa arti bahagia ku? Kemanakah Dean selama ini? Kenapa dia menghilang disaat aku benar-benar mencintainya dulu? Dan sekarang kenapa dia hadir kembali disaat aku hampir menutup hatiku dan menghapus segala tentangnya. Apakah ada sesuatu dibalik ini? Jika dulu dia pergi dengan wanita lain, mungkinkah saat ini dia benar-benar masih sendiri seperti yang dia katakan? Apakah dia sudah bersama yang lain sebenarnya? Ah mengapa tiba-tiba banyak pertanyaan menyeruak dalam kepalaku. Tuhan tunjukanlah aku jika memang apa yang orang-orang katakan tentang Dean bahwa Dean akan mengecewakanku itu benar atau tidak. Tolong beri petunjuk yang akan membenarkan semuanya sebelum waktu itu tiba, sebelum benar-benar Dean akan datang menemuiku. Aku takut dan semakin hari akan semakin takut.

H-3, ketika aku sedang dikampus dan handphone ku bergetar karena sebuah sms yang masuk. Disana bertuliskan sms tersebut dari Dean, ketika aku buka isinya berbeda dengan kata-kata Dean seperti biasanya, kali ini benar-benar mencengangkan, isi sms itu sangat mengagetkanku, singkat namun menyakitkan bagiku....

"Maaf ini siapanya Dean ya? Kok di handphone Dean banyak sms dan telpon dari kamu. Saya tunangannya Dean, kalo boleh tau kamu siapa ya?"

Astaga tuhan...
Ini, ini jawaban dari pertanyaanku? Ini petunjuk darimu? Inkah arti dari semuanya? Kenapa?
Astaga, jantungku berdegup kencang, aku terbujur kaku, aku lemas. Apa yang harus aku balas dan aku katakan? Apa aku sangat bodoh mengganggu hubungan orang lain. Andai aku dengarkan kata Sissy tapi apalah gunaku menyesalinya. Tenyata memang dia masih yang paling handal dalam menghancurkan dan merobek hatiku. Ternyata rencana dia adalah benar-benar ingin mengecewakanku lagi dan dia benar-benar ingin aku menghapusnya dari kehidupannya. Aku malu untuk bilang pada Sissy tentang ini tapi aku harus meminta tolong padanya. Apa yang harus aku lakukan? Oh tuhan...

"Si, aku boleh ngomong sebentar sama kamu? Ikut aku dulu yuk ke kantin, ada yang mau aku ceritain"

"Iya Ri ayo ke kantin"

Sembari berjalan berdua menuju kantin, aku masih belum bisa berkata-kata dan berpikir kata-kata apa yang mungkin akan aku ucapkan dan ceritakan pada Sissy.

"Si sebelumnya aku bener-bener mau minta maaf sama kamu, semua yang kamu bilang dari dulu sekarang kejadian akhirnya Si"

"Bentar-bentar, apa maksud kamu? Ini tentang Dean?"

"Iya Si, coba kamu lihat sms ini" sambil aku menunjukkan sms yang aku dapat pada Sissy.

Keheningan pun tercipta sesaat diantara kami sampai akhirnya tangisku meledak dan Sissy dengan sabarnya memberikan pelukannya untukku. Aku bodoh menyia-nyiakannya, tidak mendengar kata-katanya. Sementara disaat apapun dia masih mau mendengar dan menerimaku.

"Udah Riri, aku ngerti, dan udah aku bilang akhirnya akan seperti ini, aku engga pernah maksa kamu. Aku engga nyalahin kamu, emang semua ini bukan cuma kamu yang salah. Sekarang berhenti nangis dan usap air mata kamu. Mau segimanapun kamu, aku selalu buat kamu, janji buat engga ngulangin kesalahan yang sama? Janji buat buang jauh semua tentang Dean? Sekarang kamu balas sms itu dan jelasin semua. Setelah kamu selesai dengan masalahmu segera hentikan semua yang ada"

"Iya Si, makasih banget buat semuanya, aku minta maaf banget sempet engga dengerin kamu karena aku egois, aku janji aku nurut sama kamu. Makasih udah ada buat aku"

Sissy pun hanya tersenyum dengan apa yang aku katakan, dia memang benar-benar dewasa tidak seperti aku yang masih bertingkah seperti anak kecil dan tidak pernah berpikir matang dalam bertingkah atau mengambil keputusan, mungkin ini jalan tuhan mengirim seseorang seperti Sissy untuk menemaniku dan melengkapiku. Tuhan selalu punya jalannya sendiri, aku tau dia sudah punya rencana sendiri yang lebih indah. Sekalipun aku berencana, jika tuhan tidak berkehendak aku tidak bisa apa-apa, rencana tuhan selalu lebih indah. Terimakasih untuk ini semua tuhan. Lalu haruskah aku benar-benar membuang jauh segala tentang Dean? Menguburnya semua dalam-dalam? Apakah arti dari sebuah cinta pertama? Hanya menebar rasa sakit dan kecewa? Namun aku tau dia akan tetap dalam hatiku, tapi aku takkan pernah mau kembali bersamanya. Should i give up and erase everything? Haruskah aku membuang dia jauh dari pikiranku?


No comments:

Post a Comment