Wednesday, August 8, 2012

Egois dan Paksaan

Kepada kamu,
Aku ingin mengingatkanmu sekali lagi bahwa kau tidak seharusnya egois.
Kau egois karena kau menjadi satu-satunya orang yang menyita pikiranku.
Kau tidak seharusnya seperti itu.
Karena bukan itu yang aku inginkan.
Bukan aku yang mau ada kau dalam pikiranku.
Tapi kau terus saja memaksa untuk dipikirkan.
Kau sudah menjelajahi dan menjamah isi kepalaku.
Menyita seluruh malamku untuk memikirkanmu.

Menyita seluruh ruang gelap dalam mimpiku untuk melihatmu hadir di dalamnya.
Kau punya ruang tersendiri dalam otakku, dengan gambarmu yang di bingkai sangat istimewa.
Ini kebodohanku atau kesalahanmu? Kebodohanmu atau kesalahanku?
Kesalahanmu yang begitu egois memaksaku untuk selalu mengikuti maumu, memikirkanmu.
Kau, kau yang mengambil alih seisi kepalaku.
Kau mengganti perannya, mengendalikan otakku, memaksa mengisinya dengan jutaan hal tentangmu.
Memaksa aku mengingat senyummu, memaksa aku mengingat tawamu, dan semua hal.
Yang aku yakin, aku lakukan itu secara tidak sadar.
Kau penguasa dari isi kepalaku ini.
Kau hebat, berhasil membuatku selalu membayangkan senyumanmu.
Bahkan semua hal tentangmu yang aku ketahui menjadi hal yang indah dan selalu aku jaga keindahannya.
Kau paksa aku perlahan, mengingat semua tentangmu.
Aku baiarkan, aku anggap saja ini pekerjaan favoritku.
Biar kau tahu, paksaanmu adalah candu bagiku.

No comments:

Post a Comment