Jangkrik-jangkrik sedang bernyanyi diluar sana.
Nyamuk-nyamuk yang tak berdaya karena asap dari obat nyamuk bakar.
Gelap. Sunyi. Sepi.
Ini yang ku sebut indah.
Adakah tempat senyaman kamar gelap di tengah malam?
Ketika sepi menyelimuti.
Dan sunyi yang ku hirup.
Gelap di sekelilingku.
Ribuan kata dalam kepala yang berlomba ingin tertulis melalui jemari.
Ini nyaman, menenangkan.
Satu-satunya waktu dan tempat.
Dimana aku bisa mengingatmu dengan sepuas hatiku.
Mendapatimu berlari-lari dalam pikiranku.
Mendapatimu membuat jantungku berdegup lebih kencang jika membayangkanmu.
Bagaimana bisa ini terjadi?
Semua hal bisa terjadi malam ini.
Bisa saja kau menyelinap hadir di mimpiku.
Bisa saja kau tidur di sampingku, dalam mimpi.
Bisa saja kau tiba-tiba mengirim pesan kecil.
Hey, aku suka karena kau tak pernah lelah berlari di kepalaku.
Betah ya kau disana?
Apakah kepalaku adalah salah satu tempat yang nyaman untuk kau diami?
Ini...
Kamu, atau? Atau kenangan kita yang terkubur rapi dalam memoriku?
Bukan kah kenangan itu artinya kamu?
Tapi sesungguhnya aku sedang berjuang.
Berjuang menghapusmu.
Menghapus tentangmu.
Namamu, asal-usulmu, cerita tentang hidupmu, kenangan aku denganmu, semua hal tentangmu.
Tapi?
Bukan aku yang enggan, nampaknya tuhan belum mengizinkan.
Dia malah lebih mengizinkan kamu datang di mimpiku.
Sepi ini semakin mengikat dan memaksaku untuk kembali mengingatmu.
Kita pernah saling jatuh cinta, jatuh cinta dalam sebuah tatapan dalam.
Diam-diam.
Diam-diam mengagumi, diam-diam mencinta.
Tak pernah tau yang sebenarnya.
Kita diam-diam, hanya menatap dalam-dalam.
Aku pun rindu dalam diam.
Tak pernah ku ucap, ku sembunyikan dibalik senyum picik.
Menutupi perih yang menghujam.
Sudahlah, sepi ini hanya aku yang rasa.
Semakin larut, segera pejamkan mata.
Agar kata-kata tidak karuan ini berhenti memaksa ingin ditulis.
Doaku sebelum ku pejamkan mata ini, segala, semua, setiap yang baik semoga membuatmu menjadi lebih baik.
Ku pejamkan mataku, saat itu juga kau ada disana dengan hal indah yang selalu ada hubungannya denganmu.
Selamat malam, tampan.
Nyamuk-nyamuk yang tak berdaya karena asap dari obat nyamuk bakar.
Gelap. Sunyi. Sepi.
Ini yang ku sebut indah.
Adakah tempat senyaman kamar gelap di tengah malam?
Ketika sepi menyelimuti.
Dan sunyi yang ku hirup.
Gelap di sekelilingku.
Ribuan kata dalam kepala yang berlomba ingin tertulis melalui jemari.
Ini nyaman, menenangkan.
Satu-satunya waktu dan tempat.
Dimana aku bisa mengingatmu dengan sepuas hatiku.
Mendapatimu berlari-lari dalam pikiranku.
Mendapatimu membuat jantungku berdegup lebih kencang jika membayangkanmu.
Bagaimana bisa ini terjadi?
Semua hal bisa terjadi malam ini.
Bisa saja kau menyelinap hadir di mimpiku.
Bisa saja kau tidur di sampingku, dalam mimpi.
Bisa saja kau tiba-tiba mengirim pesan kecil.
Hey, aku suka karena kau tak pernah lelah berlari di kepalaku.
Betah ya kau disana?
Apakah kepalaku adalah salah satu tempat yang nyaman untuk kau diami?
Ini...
Kamu, atau? Atau kenangan kita yang terkubur rapi dalam memoriku?
Bukan kah kenangan itu artinya kamu?
Tapi sesungguhnya aku sedang berjuang.
Berjuang menghapusmu.
Menghapus tentangmu.
Namamu, asal-usulmu, cerita tentang hidupmu, kenangan aku denganmu, semua hal tentangmu.
Tapi?
Bukan aku yang enggan, nampaknya tuhan belum mengizinkan.
Dia malah lebih mengizinkan kamu datang di mimpiku.
Sepi ini semakin mengikat dan memaksaku untuk kembali mengingatmu.
Kita pernah saling jatuh cinta, jatuh cinta dalam sebuah tatapan dalam.
Diam-diam.
Diam-diam mengagumi, diam-diam mencinta.
Tak pernah tau yang sebenarnya.
Kita diam-diam, hanya menatap dalam-dalam.
Aku pun rindu dalam diam.
Tak pernah ku ucap, ku sembunyikan dibalik senyum picik.
Menutupi perih yang menghujam.
Sudahlah, sepi ini hanya aku yang rasa.
Semakin larut, segera pejamkan mata.
Agar kata-kata tidak karuan ini berhenti memaksa ingin ditulis.
Doaku sebelum ku pejamkan mata ini, segala, semua, setiap yang baik semoga membuatmu menjadi lebih baik.
Ku pejamkan mataku, saat itu juga kau ada disana dengan hal indah yang selalu ada hubungannya denganmu.
Selamat malam, tampan.
No comments:
Post a Comment