Wednesday, August 8, 2012

# Cerpen Ala-Ala

Karena dia.

Aku tidak pernah membayangkan ini semua akan menjadi bagian skenario hidupku yang dibuatkan tuhan. Pengalaman hidup paling menyebalkan. Mimpi apa aku hingga bisa bertemu dengan seseorang seperti dia? Tak pernah terbesit sedikit pun dalam benakku aku bisa mengenal dia. Iya dia, mungkin seseorang yang benar-benar telah mengobrak-abrik hidupku, merubah seluruh tatanan hidupku, membuat hidupku kadang baik dan kadang menjadi sangat buruk, iya memang begitu adanya, semua hal pernah terjadi disini. Bertemu dengan seseorang yang sangat menyebalkan tapi begitu aku cintai pada akhirnya, ya beginilah cara tuhan mempertemukanku dengan dia, inilah cara tuhan memperbaiki hidupku, ini pula jalan menuju sesuatu yang lebih baik. Jika aku bisa memilih dan diperbolehkan untuk memilih, aku tidak ingin dipertemukan dengannya yang membuat aku kacau disaat ini. Aku hanya ingin hidupku kembali tenang dan bahagia sekalipun harus tanpa dia. Dia memang pernah membuatku bahagia di masa dulu, namun sekarang tanpanya justru aku hilang arah, bahagiaku seolah tertahan bersamanya, ikut pergi bersamanya. Dia membawa bahagiaku jauh, bersamanya.

"Ayo sini mampir dulu ke rumah, engga ada siapa-siapa kok gausah malu" ajaknya padaku dengan manis

"Ah enggak, nanti aja lain kali. Liat ini kan aku lagi sama temen-temen. Aku cuma ketemu doang terus pulang enggak apa-apa kan?" aku menolak baik-baik

"Cieeee.. Adeuuu... Cieee cieee" Teman-temanku terus saja menggoda.


Mereka tahu bagaimana aku dan dia berawal, iya semua teman-temanku begitu mengerti. Mereka bahkan yang menjadi saksi bagaimana cerita gila ini dimulai. Aku termasuk seseorang yang terbuka, butuh untuk didengar dan butuh untuk berbagi, aku selalu berbagi cerita pada teman-temanku tentang laki-laki ini dan teman-temanku memang selalu mengerti. Merka tahu apa-apa saja hal yang terjadi antara kami, hampir semuanya.

Laki-laki ini adalah seorang yang berego tinggi. Sedikit tempramen dan terkadang egois, dia perfeksionis dan tidak suka melanggar komitmen dan janji, dia tidak suka ketika ada orang ingkar dengannya, aku kira bagian ini yang sangat dominan darinya tapi sayangnya bagian lain darinya lebih membuatku semakin menyayanginya dan mencintai apa yang ada di dirinya tentu dengan apa adanya tanpa peduli apapun, kecewaku pasti akan selalu mendapatkan bahagia di kemudian hari. Harus aku deskripsikan apa lagi tentang dia? Dia tidak sempurna, tentu saja. Aku, aku hanya mencintainya dan terkadang sulit mendeskripsikan apa yang kurasa. Dia mungkin memiliki sesuatu yang hanya ada dalam dirinya seorang dan ternyata aku sadar bahwa itu yang membuat aku mencintainya. Sebelum aku mengenalnya, aku tidak pernah tau apa itu jatuh cinta. Pada awalnya aku adalah seorang gadis yang tidak punya waktu banyak untuk memikirkan tentang satu hal yang disebut cinta itu, aku hanya seorang gadis yang mungkim lebih sering menghabiskan waktu bersama teman-teman untuk bermain dan bersenang-senang tanpa memikirkan sebuah hal yang bernama cinta itu, tanpa peduli rumitnya cinta, yang aku tahu hanyalah bersenang-senang bersama teman-teman dan tertawa. Hidup ini sederhana pada awalnya, sampai akhirnya berujung dengan kesakitan dan kebahagiaan yang kadang dirasakan dalam waktu yang sangat singkat, semua hidupku kemudian jauh dari kata sederhana. Aku pun termasuk seseorang yang tidak memiliki ketertarikan pada hal apapun, ya aku tidak suka hal yang fanatik, baik itu pada hal seperti musik, film, ataupun pergi ke suatu tempat seperti mall, cafe, club musik atau tempat yang katanya menyenangkan. Aku adalah orang yang biasa aja, tidak terlalu interest atau tertarik dengan hal-hal semacam itu, aku hanya seorang yang biasa saja, seleraku biasa saja. Aku benar-benar sederhana dan jauh dari kata rumit di kala dulu. Aku enggan dianggap anti sosial karena aku tidak begitu, aku hanya tidak berselera untuk melakukan hal yang bersifat senang-senang dan sementara. Walaupun ternyata pada akhirnya aku sukses memakan kata-kataku sendiri. Karena dia. Iya dia.



**

"First date nanti kita mau kemana? Nonton yuk? Kamu suka nggak?" tanya dia padaku melalui sebuah chat di yahoo messenger

"Aku ikut kamu aja deh, aku suka-suka aja. Eh tergantung nonton film apa dulu nih?" kataku mengiyakan ajakannya.

"Udahlah tenang aja, pokoknya film yang aku pilihin keren deh. Kamu bakal suka, dan ini film action keren banget gak akan rugi pokoknya" dia nampak sangat yakin dengan kata-katanya.

"Iya deh iya. Sampai ketemu nanti ya. Semoga first date kita menyenangkan sayang. Dandan yang ganteng ya?" kataku membercandainya.

"Aku emang ganteng setiap waktu kali. Eh masa tau gak yang, kemarin tuh aku di rumah ngeliat di cermin kok ganteng banget, diliat berkali-kali tetep ganteng banget. Dan yang di cermin itu mirip aku banget loh." dia mulai bercanda tidak karuan.

"Ah kamu keluar kan gilanya, malesin deh kalo udah kepedean gitu" ucapku ebal

"Hahaha kamu ini, aku kan cuma bercanda. Udah ah sana tidur udah jam berapa ini udah malem. Tidur yaa sayang" Suruhnya padaku

"Iya, kamu juga ya, selamat malam :)" kataku padanya


Begitulah sepenggal percakapan kami malam ini. Hampir setiap malam kami habiskan bersama seperti ini.



**


Di beberapa tahun yang lalu tidak pernah ada chat yang seperti ini terjadi dalam hidupku, akun yahoo messengerku hanya berguna untuk membangke dan tidak ada artinya sampai akhirnya datanglah dia seseorang yang entah datang darimana tiba-tiba mengirim request untuk menjadi teman chatku. Aku langsung menerimanya tanpa memikirkan apa-apa, bodo amat. Toh waktu itu aku tidak mempedulikan apa-apa. Saat itu sore hari, aku hanya sedang online di rumah surfing di dunia maya seperti biasa dan mendengar lagu seadanya, hanya yang ada di komputerku dan tidak berniat untuk mengurangi atau menambahnya. Aku suka mendengarkan lagu dan ada 1 band yang sangat aku sukai tapi aku tidak pernah fanatik atau hingga berlebihan menyukainya. Aku pun menyukainnya karena sering mendengar kakak memutar lagu itu, jadi aku pun ikut menyukainya.

*ding*

"Hallo terimakasih ya sudah accept request saya"

"Oh ya sama-sama hehe, ini siapa?"

"Oh saya Arya, salam kenal ya. Kamu siapa?"

"Saya Ghea. salam kenal juga hehehe"

Kemudian aku abaikan dan tak ku perdulikan seseorang bernama Arya itu. Ah apa peduliku tentang dia.

**

"Oh kamu suka The Cardigans juga ya? Kebetulan aku juga sama sepertimu. Lagu mereka enak-enak ya. Yang paling kamu suka yang mana?"

"Kamu pasti baca status ku ya? Aku menyukainya karena aku sering mendengarkan kakakku memutar lagunya. Aku suka semuanya kok hehe"

"Oh ya? baguslah kalau begitu, setidaknya aku ada teman untuk mengobrol dan memiliki kesukaan yang sama hehehe"

"Sebenarnya aku tidak terlalu suka, aku kurang tertarik"

"Kenapa? Padahal bnyak sekali musik bagus untuk didengarkan, lain kali aku akan merekomendasikan padamu musik-musik bagus itu"

"Tidak usah-repot-repot, terimakasih"

Ah apa sih, menyebalkan sekali pria ini, so dekat sekali dia. Aku tidak meminta aku memiliki teman bicara seperti ini. Maksudnya apa sih dia sok-sok mengajak ngobrol seperti ini? Baru saja kenal kemarin tapi dia sok akrab denganku. Hih sebal. Mana dia sepertinya sering sekali online. Apa aku harus disapa dan diajak ngobrol dia setiap hari? Tuhaaaaaan siapkan diriku agar aku tidak kesal mengahadapi makhluk sok akrab seperti dia ini. Apa pedulinya tentang aku dan musik yang aku dengarkan? Apa untungnya bagiku jika aku menemukan seseorang penikmat musik yang sealiran?

**

Terkadang aku berpikir, mengapa bisa akhirnya aku bersama Arya saat ini? Perkenalan kami pun rasanya merupakan hal aneh, awalnya bahkan aku tidak menyukainya sama sekali karena dia yang sok akrab sering menyapaku dan mengajakku ngobrol di chat setiap harinya. Aku sesungguhnya benci dia saat pertama mengenalnya. Tapi ternyata tuhan sudah membalikkan perasaanku padanya, aku tersipu malu dan kadang ingin tertawa mengingat ini semua, mengingat apa yang dulu pernah terjadi diantara kita. Bukankah sebaiknya aku berterimakasih pada hal yang kami berdua sukai? Malah aku dulu bersumpah serapah padanya. Ternyata tuhan membalikkan perasaanku padnya, aku malah jatuh cinta padanya diam-diam. Selalu menunggu dia menyapaku ketika aku online, tersenyum kecil saat chat bersamanya, cengengesan saat mengingat hal-hal yang kita bicarakan bersamanya. Semakin sering kita chat setiap malamnya aku malah dibuat tertarik olehnya. Dan yang paling bodoh adalah aku sekarang bersamanya, iya aku menjadi pacarnya. Mengapa aku anggap ini bodoh? Karena bagaimana bisa aku menjadi seperti ini, jatuh cinta pada orang yang aku benci di awalnya. Sekarang malah aku merasa sangat bahagia sekali bersamanya, merasa nyaman di dekatnya, merasa dia milikku sutuhnya, merasa dialah bahagiaku. Sekalipun ada tutur kata atau perbuatannya yang membuat ku kecewa, aku selalu mampu memaafkannya dengan tulus. Yang awalnya aku tidak tertarik pada apapun, Arya mengajakku pada dunianya yang menyukai tentang musik, film, dan pergi ke tempat yang ramai. Dia membuatku menikmati bahwa diluar sana banyak hal menyenangkan untuk dirasakan dan dinikmati.

Selera musik Arya benar-benar bagus, aku di pengaruhi dia untuk menyukai musik Jazz dan Bossanova atau musik indie yang dia gandrungi, setiap aku berkunjung ke rumahnya dia selalu memutar lagu yang enak di dengar, karena aku sering berkunjung ke rumahnya, aku sering mendengarkan lagu yang dia putar dan aku pun ikut menyukainya. Dia terus saja mendoktrin aku dengan musik-musik kesukaanya dan segala hal tentang pemusik favoritnya, akhirnya aku ikut menyukai dan mengetahui segala hal tentang apa yang Arya suka. Kadang aku malah jadi suka mencoba mendengar musik lain, mencoba-coba hal baru. Arya pun sering mengajakku pergi ke sebuah konser musik yang sangat enggan untuk aku datangi di masa dahulu, rasanya seperti hura-hura namun ternyata menyenangkan. Bukan hanya tentang musik tetapi dia juga mendoktrin aku tentang film, setiap jalan bersamanya aku selalu diajak ke bioskop. Tepat setiap ada film terbaru di bioskop dia selalu mengajakku menonton film itu, aku kembali jatuh dalam dunianya Arya, pada hobi-hobinya. Juga bukan hanya ini, dia pun hobi makan dan mengunjungi setiap tempat makan yang katanya enak, aku pun selalu diajak olehnya mengunjungi tempat-tempat makan, dari mulai pedagang kaki lima, cafe hingga restoran ternama. Selama hampir satu tahun bersamanya tempat makan di seluruh penjuru kota nyaris pernah kita coba. Perjalananku bersamanya adalah petualangan mencoba hal baru. Entahlah seolah-olah misi hidupnya adalah mencarikan apa itu kebahagiaan untukku. Arya seolah-olah ingin membuat aku tahu bahwa diluar sana ada hal menyenangkan yang harus aku tahu. Ini bagian menyenangkan darinya, namun tak sedikit hal menyebalkan darinya, salah satunya adalah pemaksa, dia kadang memaksaku untuk menyukai apa yang tidak aku sukai, film-film drama misalnya. Yang dia tahu aku hanyalah penyendiri yang selalu diam di kamar, dengan komputernya, online dan mendengar musik dengan playlist yang monoton, dan yang dia tahu aku hanya menyukai film kartun.

**

"Ghea, kita udah lama ya ngobrol kayak gini, kita udah ngobrol tentang banyak hal dan aku rasa kamu itu menyenangkan. Aku nyaman sam kamu Ghe" kata Arya yang secara tiba-tiba merubah haluan pembicaraan di chat kala itu

"Eh iya, kenapa emangnya? Kok ngalihin pembicaraan sih?" dengan polosnya aku bertanya

"Ghe, gak tahu kenapa aku, aku udah lama pengen bilang ini sama kamu cuma aku takut. Tapi aku beneran pengen bilang sama kamu kalo aku suka sam kamu Ghe. Iya mungkin rasanya ini nggak logis kalo aku suka sama orang di dunia maya, tapi obrolan kita setiap malam itu bikin aku nyaman, bikin aku selalu pingin balik lagi ke depan komputer buat ketemu kamu walaupun via dumay seperti ini. Iya kita juga emang pernah video call waktu itu satu kali. Dan saat itu juga aku makin suka sama kamu, senyum kamu manis. Ghe... aku suka sama kamu, kamu mau jadi pacar aku?" kata Arya padaku

"Ar, kamu serius? Aduh gimana ya. Aku bingung harus jawab apa. Aku bahkan nggak tahu sama apa yang aku rasain sekarang" jawabku pada Arya, di dalam hati sebenarnya aku bahagia karena yang aku tunggu akhirnya terjadi.

"Ghe, please. Percaya sama aku, kalo kamu mau aku bisa datengin kamu sekarang juga, kamu kasih alamat kamu dan aku kesana sekarang. Perlu bukti apa biar kamu percaya kalo aku suka sama kamu Ghe?" Arya meyakinkan padaku

"Ah nggak, nggak usah pake kayak gitu. Iya aku percaya sama kamu Ar, aku.. aku mau jadi pacar kamu :)" kataku mengiyakan pertanyaan Arya

"Seriously Gheee?? Thank you so much!! Tuhaaan makasih akhirnya kamu punya aku :) kita cepet ketemu yaa Ghe, can't wait to see you ;)" Arya begitu bahagia dengan jawabanku

"Iya serius lah masa bercanda hahaha please deh kamu jangan berlebihan gitu ah. Iya sama-sama. Yaudah mau kapan kita ketemu?" tanyaku padnya

"Jadi kita resmi kan? Minggu depan deh, gimana? Deal ya? Makasih sayang, eh boleh dong aku panggil sayang. Kamu kan udah punya aku hihi"

"Ih apa sih geli ah hahaha yaudah nanti aja sms ya, eh chat aja deh ya. Udah nggak ada yang mau diomongin lagi kan? Udah malem aku ngantuk nih"

"Iya nggak ada, selamat malam. Makasih Ghe :)"

Itulah yang aku ingat, malam dimana kami berawal menjadi sebuah pasangan yang sangat aneh. Kadang kami tertawa bersama, lalu terdiam berdua. Mengacuhkan masing-masing tanpa kata, saling menjatuhkan, saling ejek namun tentu tawa yang paling dominan karena bahagia adalah hidup kami. Mengenai ini aku selalu bercerita pada teman-teman dekatku. Terutama teman sebangku ku di sekolah, ketika aku bercerita aku mengenal seorang laki-laki bernama Arya dia malah tertawa terbahak-bahak, setiap aku bercerita apapun tentang Arya, Shilla selalu tertawa terbahak-bahak, entah apa yang menurut dia lucu. Katanya sih aneh kalau aku bisa jatuh cinta, ketika aku bilang aku sudah jadian, dia malah tertawa histeris, teman-temanku yang lain pun sama. Apa yang salah padaku? Mungkin mereka hanya tahu aku adalah orang yang urakan padahal sebenarnya aku memiliki sisi lembut juga, aku kan wanita. Tapi mereka ikut bahagia saat tahu sahabatnya akhirnya punya pacar. Shilla, Grace dan Debbie sahabatku yang tak pernah terlewat mendengar setiap hal yang terjadi antara aku dan Arya. Mereka bersyukur karena Arya membuat perubahan besar padaku. Kata mereka bertiga aku lebih terlihat berseri-seri dan selalu bahagia setiap harinya sejak bersama Arya. Namun ketika mereka tahu aku terluka karena Arya, sumpah serapah mereka selalu ikut terucap.

**

Hari H.
Akhirnya datang juga hari spesial bagiku dan Arya, kami akan bertemu hari ini, dia berjanji menjemputku pukul 11 dan seperti ajakannya, kita pergi menonton film di bioskop. Dan dia mengenakan kemeja kotak-kotak, celana jeans dan sepatu kets nya lengkap juga beserta motornya, dia tampan. Dia sms padaku dia sudah di depan rumahku padahal aku sudah tahu karena mengintip dari jendela. Aku bilang saja aku segera menghampirinya, tapi aku nervous. Aku tidak pernah seperti ini sebelumnya, aku takut ada yang salah padaku dan dia tidak suka. Ah cuek sajalah.

Aku menghampirinya dan mulai berbicara hal-hal tidak penting karena aku malu. Lalu tiba-tiba sebelum pergi dia memberikan aku cd The Cardigans yang aku inginkan. Ah kencan pertama ini diawali dengan hal yang sangat sempurna. Kemudian kami segera pergi dan menikmati semua yang kami lewati berdua saat itu. Iya, kencan pertama kami sukses.

**

Arya, seorang laki-laki yang pada awalnya selalu penuh kejutan, sangat romantis dan selalu membuatku tersenyum karenanya. Iya, dia memang selalu penuh kejutan, kadang setiap pagi dia mengirim ucapan melalui sms dengan manisnya, atau tiba-tiba menelfonku di malam hari untuk sekedar berkata kangen. Datang membawa hadiah yang selalu aku inginkan setiap bertemu, entah mengapa dia selalu tahu apa yang aku butuhkan. Aku bahagia bersamanya dan aku harap ini tidak hanya terjadi di awal saja, iya ini harapanku di awal hubungan ini. Walaupun setiap hubungan pasti selalu didera maslalah, aku harap kami tidak pernah menyerah untuk selalu memahami apa yang salah diantara kami dan membicarakannya baik-baik. Arya seorang yang sangat baik dan pengertian, dia selalu mengalah untukku, dia ingin aku bahagia karenanya. Dia ingin aku selalu memberikan senyumanku untuknya. Semua terasa indah pada awlanya, namun bulan-ke bulan semuanya seolah menguap. Arya tak lagi manis seperti dulu.

Satu minggu sebelum hari jadi kami, kala itu Arya tidak memberi kabar padaku, entah dia dimana. Sudah 3 hari dan aku cemas memikirkan dia yang tidak seperti biasanya hilang dan tidak memberiku kabar, dia mendadak berubah setelah pertengkaran yang terjadi satu minggu sebelumnya. hanya hal sepele, tapi dia marah besar padaku, padahal aku sudah minta maaf tapi dia malah berubah seperti ini, slahku hanya karena aku mengingkari janji, aku tahu aku salah tapi aku memang lupa. Dia benar-benar marah karena aku tahu dia tidak suka orang yang ingkar janji. Dia berubah menjadi cuek, tak peduli padaku, tidak pernah bertanya kabarku. Aku mengunjungi rumahnya untuk menemuinya dan dia hanya menjawab pertanyaanku dengan singkat tanpa menatap mataku. Mengapa dia menyebalkan seperti ini? Mengapa dia setega ini? Aku tanya mengapa dia malah menyuruhku pulang katanya dia lelah.

Hari jadi kami, bahkan dia tidak mengucapkan apa-apa. Aku menunggunya hingga larut malam bahkan dia tidak mengucapkan apa-apa. Aku tahu aku salah, tapi haruskah setega ini? Dia menyebalkan dan jahat, aku benci dia. Akhiri saja ini semua jika sudah lebih dari satu minggu kamu tidak memberiku kabar dan mengacuhkanku. Aku tak sanggup seperti ini terus, aku harus menemui Arya untuk menyelesaikan ini semua. Aku segera bergegas menuju rumahnya.

"Oh jadi ini alasan kamu nggak mau ketemu aku Ar? Bagus ya, hari ini kita setahunan dan kamu malah seneng-seneng sama cewe ini di rumah kamu!"

"Ghe, bentar dia ini temen deket aku waktu aku masih kecil. Dengerin aku dulu jangan asal judge gitu"

"Ar, aku tahu aku salah sama kamu karena nggak nepatin janji. Tapi kenapa kamu harus segininya sama aku? Pake pelukan segala"

"Ghe, aku kesel sama kamu. Aku jenuh kalo harus gini terus sama kamu. Seolah-olah aku terus yang harus nyenengin kamu sementara kamu nggak ada timbal baliknya buat aku"

"Astaga, kenapa kamu mikir gitu sih? kalo kamu judge aku kayak gitu buat apa selama ini aku berusaha? Tega! Udah kita emang udah mestinya kayak gini, nggak bisa diterusin lagi. Kamu udah nggak kayak dulu, kamu terus judge aku yang nuntut kamu. Pake otaknya jangan asal nyablak. Kita udahan aja, aku mau pergi. Makasih!!"

"Ghe!!"

Segini saja, ini artinya? Aku benci Arya!

**

Semenjak kejadian itu, tak ada niatan Arya untuk mencariku, hanya aku yang terus mencarinya. Melewati rumahnya diam-diam untuk melihat apakah dia ada disana atau tidak. Mengecek chat list apakah dia ada disana atau tidak, bertanya pada teman-temannya dan ke tempat biasa dia berkumpul bersama teman-temannya. Sayangnya kemana pun aku mencarinya, nihil. Dia tidak ada dimana-mana, aku tak tahu harus mencarinya kemana lagi. Aku tak tahu dia dimana. Mengapa harus aku yang mencarinya bukan dia yang mencariku? Ini sudah 2 tahun sejak kami berpisah, dan dia hilang tanpa kabar. Rumahnya nampaknya pindah. Aku benar-benar merindukannya dan tak tahu harus mencarinya kemana lagi. Aku ingin bertemu dengannya. Dan meminta maaf.

Tuhan jika dia memang jodohku, pertemukanlah kami secepatnya. Jika dia bukan jodohku jauhkanlah dia dan pertemukan aku dengan seseorang yang lebih baik. Aku harap dia baik-baik saja, dia selalu terselip dalam doaku. Jaga dia, untukku, tuhan. Biarkan aku bahagia seperti dulu, seperti disaat aku belum bertemu dengannya, kembalikan bahagiaku. Aku lelah meras hilang arah, aku lelah bertanya-tanya dan mencari. Kembalikan dia padaku, jika memang dia seharusnya milikku.

No comments:

Post a Comment