Pernahkah kamu merasa detak jantungmu berdebar dua kali lebih kencang dari biasanya ketika kamu mendapati seseorang yang kamu sukai atau seseorang yang kamu sayangi mengirimimu sebuah pesan? Apakah itu perasaan bahagia atau hanya sekedar karena kamu menaruh perasaan lebih? Namun perasaan yang kamu rasakan itu masih sama seperti saat pertama kali kamu mendapatkan sebuah pesan dari orang tersebut, tidak ada yang berbeda dan tidak ada yang berubah.
Iya, seperti itulah yang aku rasakan padamu bahkan hingga detik ini, entah rasanya masih saja sama, seperti tak ada yang berubah. Selalu saja tanganku dan otakku bekerja sama untuk lekas membalas semua pesan darimu entah itu berisi pesan penting atau pun tidak. Kamu taruh apa pada pesan yang kamu kirim untukku? Seolah diri ini tak pernah bisa menolak untuk tidak membalas pesan yang kamu kirimkan. Kamu selipkan apa pada setiap pesan yang kamu kirimkan? Apakah kamu selipkan mantra? Apa yang kamu lakukan hingga bisa membuatku seperti ini?
Memang begitu, rasanya masih saja sama, ketika aku mendapati namamu di layar telepon genggamku, rasanya seolah ada angin yang berhembus melalui leherku dan membuatku seolah melemah tak berdaya, yang aku ingin lakukan saat itu hanyalah segera membalas pesanmu dan tak mau membuatmu menunggu lama, aku tak mau membiarkanmu untuk menunggu balasan pesan dariku terlalu lama, walaupun biasanya kamu yang akan mengakhirinya. Kemudian kamu menghilang, tanpa jejak. Selalu seperti itu, bagaikan siklus yang tak pernah putus. Aku yang bergulat dengan inginku yang selalu membalas pesan-pesanmu, sementara kamu yang selalu dengan giatnya membiarkan ini semua menjadi rasa penasaran. Mungkin kamu, yang amsih merasa layak dan merasa bahwa kamu memiliki tempat yang bagus di dalam hidupku.
Dan kamu, kamu tak hanya sekali melakukan ini. Kamu melakukannya berulang kali, iya seperti yang sudah aku katakan tadi. Ini seperti siklus tanpa akhir dan entah akan menuju kemana juga hingga kapan. Aku tak pernah memperumit hal sepele seperti ini, hanya saja kiranya kamu mau mengerti dan paham agar tidak selalu menghilang tanpa jejak, kamu pernah mengenal apa itu meminta izin, permisi ataupun berpamitan? Atau basa-basi? Ah yasudah lah terserah kamu saja, aku pun mungkin kelak akan merasa bosan menerima pesanmu. Entah kapan, dan entah dibutuhkan waktu seberapa lama, tapi mungkin, nanti, aku akan melakukannya. Jangan khawatir, kelak aku takkan lagi peduli dengan alfa nya dirimu di hidupku. Surat ini bisa menjadi sebuah pembuktian dariku untukmu bahwa aku bisa dan aku akan melakukannya.
Jika kamu sudah bosan, kamu pun boleh berhenti mengirimiku pesan, dan aku takkan mencarimu. Semua akan berakhir hingga saat itu tiba, ketika tak ada lagi rasa peduli dan tak lagi saling mengingat satu sama lain, kelak jika ini semua sudah terasa cukup menyiksaku, aku harap kamu mau mengerti dan mau untuk pergi, juga membiarkan aku pergi tanpa harus terkekang olehmu.
Terimakasih, atas pengertiannya. Semoga setelah membaca surat ini, entah aku atau pun kamu, dapat saling mengerti akan posisinya masing-masing. Terimakasih, dan tolong biarkan aku pergi, dengan tersenyum.
No comments:
Post a Comment