Untuk lelaki berkemeja
kotak-kotak,
Hai kamu lelaki yang
berkemeja kotak-kotak, setidaknya itu yang dapat mataku tangkap ketika pertama
kalinya aku melihatmu di kampus. Seingatku, itu adalah senin pagi ketika aku
terlambat datang ke kampus, entah apa rencana tuhan saat itu. Secara tak
sengaja aku dipertemukan denganmu, walaupun mungkin saat itu hanya aku saja
yang menyadarinya, mungkin kamu tidak. Ketika itu aku sedang bergegas untuk
menuju kelas, namun dalam keadaan sedang genting karena terlambat aku mampu
berhenti sejenak untuk meperhatikan siapa kamu yang duduk manis sendirian di
bangku kayu itu. Entah apa yang kamu tunggu saat itu, yang aku ingat hanya kamu
yang mengenakan kemeja kotak-kotak berwana hitam dan merah begitu rapi dan
dengan kacamata yang tersemat di wajah tampanmu. Diam-diam aku berhenti dan
terdiam untuk beberapa saat hanya untuk memperhatikanmu, dari kejauhan. Saat
itu kamu sedang membaca sebuah buku, alis tebal itu bergerak naik turun mungkin
seirama dengan apa yang sedang kau baca dan mengartikan ekspresimu ketika itu. Saat
itu aku seolah lupa bahwa aku sedang dalam keadaan genting karena terlambat,
waktu seolah berhenti sejenak hanya untuk melihatmu dari kejauhan.
Di kemudian harinya,
beberapa kali aku memergokimu di tempat pertama kali aku melihatmu di kampus.
Lalu, dapat aku simpulkan bahwa kamu memang sering diam disana bersama
teman-temanmu, sekalipun hanya untuk mengobrol dan tertawa-tawa. Suatu kali
pernah aku melihatmu sedang mengobrol dengan salah satu teman di sekelasku. Rupanya
kalian kenal, tanpa pikir panjang aku menanyakanmu pada temanku. Yang aku tahu
hanyalah kamu si lelaki berkemeja kotak-kotak, sebelum aku tahu namamu adalah
Dhika, aku hanya menyebutmu sebagai si lelaki berkemeja kotak-kotak.
Sejak itu, teman sekelasku
yang bernama Rey menjadi perantara aku untuk mencari tahu tentangmu. Lalu, aku
putuskan untuk menulis sebuah surat untukmu melalui perantara Rey yang akan
memberikannya padamu. Maaf jika mungkin aku belum memiliki keberanian yang
cukup untuk memberikannya langsung, jangankan untuk memberikan surat ini secara
langsung, bertemu denganmu pun cukup membuatku gemetar dan akan membuat wajahku
merah merona.
Oh iya, perkenalkan,
namaku Dinna. Surat ini sengaja aku buat untuk menyampaikan bahwa aku
mengagumimu semenjak pertama kali bertemu. Saat yang tidak disengaja dan tidak
kamu sadari tentunya. Kemudian mungkin ketika kamu menerima surat ini pun kamu
pasti tidak akan tahu sosok seperti apakah aku ini yang berani-beraninya
mengirim surat padamu dengan isi seperti ini? Maaf jika kamu mungkin merasa
terganggu akan datangnya surat ini padamu, surat singkat ini sebenarnya hanya
ingin memperkenalkan diriku ini padamu dan berharap mungkin kita dapat
berkenalan langsung di dunia nyata bukan hanya melalui surat. Klasik sekali
memang caraku ini, namun jika kamu berkenan, aku hanya ingin berkenalan
denganmu saja. Dan mungkin bisa menghabiskan waktu dengamu sambil sedikit
berbincang-bincang denganmu. Mungkin sambil ditemani secangkir green tea atau
minuman lain kesukaanmu, green tea itu kesukaanku, barangkali kamu mau
mencicipinya bersamaku.
Mungkin harus segera ku
akhiri surat ini sebelum kamu bosan membaca apa yang aku tuliskan disini,
maafkan aku yang telah lancang mengirimimu surat semacam ini. Terimakasih sudah
mau menyempatkan waktu untuk membaca surat ini hingga selesai.
Dari aku,
Yang mengagumi alis
tebal dibalik kacamatamu…
No comments:
Post a Comment