Lagi dan lagi,
bagaimana bisa aku jatuh cinta kepada seseorang yang jelas-jelas belum pernah
aku temui? Rupa seperti apakah kamu dan ada dimanakah kamu aku pun tak pernah
tahu, lalu bagaimana bisa aku selalu mengharapkan kamu untuk menghubungiku
lagi? Bagaimana bisa aku menginginkan untuk selalu menghabiskan waktu dengan
berbicara padamu? Banyak hal yang kita bicarakan dan kita menyukai banyak hal
yang sama. Tapi kita ingat bahwa kita belum pernah bertemu sama sekali. Aku tak
tahu rupa seperti apa yang saat ini sedang menghabiskan waktu denganku melalui
chit-chat di social media ini, yang aku tahu hanyalah kita bisa menghabiskan
waktu hingga larut malam untuk sekedar saling berbalas pesan. Hahaha ini lucu,
ini adalah sekeping dari cerita yang pernah terjadi di beberapa tahun ke
belakang, dengan cerita indah yang berakhir menyisakan luka yang belum kunjung
hilang.
Entahlah, aku pun tak
tahu ini merupakan sebuah candu atau hanya keisengan belaka. Jika ini aku
katakan hanyalah sebuah keisengan, bagaimana pada akhirnya kita bisa bersama
untuk waktu yang cukup lama di awali dengan sesuatu yang maya. Dan bukan hanya
dengan kamu, sebelum kamu pun, aku sudah merasakan bagaimana indahnya jatuh
cinta dengan sesorang yang bahkan aku tak pernah tahu bagaimana rupanya dan
siapa dia. Walaupun pada akhirnya akan ada sebuah pertemuan nyata, tapi selalu
ingat pada konsep dualisme, kelak pertemuan itu akan dipasangkan dengan apa
yang dinamakan perpisahan.
Berawal dari hobi yang
dilakukan bersama teman-teman, hobi mengobrol melalui media sosial ternyata
bisa mempertemukan dua insan yang sedang dimabuk asmara. Kala itu, adalah aku
dan kamu, yang bisa-bisanya saling merasa nyaman tanpa pernah mengetahui satu
sama lain seperti apa. Bisa-bisanya kita berbagi cerita satu sama lain layaknya
seseorang yang sudah kenal cukup lama, bisa-bisanya kita menceritakan banyak
hal mengenai hidup kita layaknya kita adalah seorang yang berteman begitu
akrab, bahkan siapalah aku ini, dan siapalah kamu ini. Namun nyatanya, jika
tuhan berkehendak dan kita berjodoh, akhirnya kita bisa dipertemukan, dengan
apapun caranya dan dimanapun.
Hahaha aku ingin
tertawa lagi, rasanya aku rindu. Rindu menghabiskan waktu bersamamu hingga
larut malam, berbagi cerita, rasanya seperti ada kamu disini saat kita saling
bercerita dan seolah melempar tawa satu sama lain. Semuanya memang tak bsia
diulang kembali, biarkan saja, biarkan semuanya tersimpan sebagai sebuah
kenangan manis yang kelak akan kita kenang, entah kita kenang bersama, atau
kita kenang masing-masing. Tapi, rasanya aku tak pernah jera, setelah darimu,
aku masih memiliki rasa penasaan yang berlebih, masih tetap saja mencari
seseorang yang belum pernah aku temui dan berharap akan berakhir sama
sepertimu, menjadi teman hidup walaupun tuhan masih memberikan sebuah
perpisahan. Belum jera dengan ini, aku masih ingin mencari gantimu, semoga
tuhan berkehendak menemukan dan memberikan aku penggantimu, kamu saja sudah
menyuruhku mencari penggantimun sejak kapan. Lalu akunya masih seperti ini? Ah
lupakan, yang jelas aku akan tunjukan padamu, bahwa ini semua bukanlah hal
sia-sia, pertemuan denganmu melalui sosial media pada akhirnya bukan menjadi
suatu hal yang maya kan? Kita saling jatuh cinta secara nyata, dan berpisah
secara nyata, sehingga sakit yang ditimbulkan pun benar-benar nyata.
Baiklah-baiklah, maafkan aku yang mengingatkan ini semua, aku hanya sedikit
rindu untuk mengobrol denganmu, tapi tak apa, abaikanlah.
Sekian dulu surat
dariku ini, selamat malam.
Kecup manis,
Mahar.
suka deh ceritanyaaaa, agak kayak cerita aku sih ya haha makanya suka. makasih mahar tulisannya bagus
ReplyDeletehai anon! siapapun kamu makasih banyak sudah baca hihihi
Delete