Sunday, February 16, 2014

# #30HariMenulisSuratCinta

Tuan berinisial D.

Kepada yang terhormat si Tuan berinisial D,


Selamat, iya aku ucapkan selamat kepada kamu yang akhirnya mendapatkan surat dariku (lagi). Maafkan aku yang belum juga jera untuk mengirimimu surat seperti ini, walaupun akhirnya mungkin masih saja sama, berakhir dengan setumpuk surat lainnya yang setelah kamu baca kemudian kamu mengernyitkan dahimu, ketika selesai, lalu kamu meremasnya hingga tak berbentuk dan membuangnya ke tempat sampah. Jadi, aku ucapkan selamat padamu, koleksimu akan bertambah hari ini, tepat ketika surat ini tiba di tanganmu.
Kepadamu Tuan dengan berinisial D, maafkan aku yang masih saja mengusikmu dan membuatmu merasa terganggu, bahkan aku pun bingung mengapa aku masih saja melakukan ini. Untukmu yang namanya masih selalu terucap dalam setiap doa, entah aku yang begitu bodohnya sehingga masih saja mengucapmu dalam setiap doa, mengharapkan agar dirimu selalu dijaga oleh tuhan, mendoakanmu agar selalu baik-baik saja dan berbahagia. Aku tahu, tak perlu aku doakan pun, kamu bisa melakukannya sendiri bukan? Mungkin yang aku tahu, menyelipkan namamu dalam setiap doa adalah satu-satunya cara untuk memelukmu dari jauh. Memastikan diriku bahwa kamu disana baik-baik saja.

Tenang saja, sesungguhnya aku tak merasa rugi dengan menyelipkan namamu dalam setiap doa yang aku panjatkan, atas segala perlakuan tidak baikmu, aku tak pernah memberikanmu sumpah serapah atau memberimu caci maki atas segala rasa sakit yang kerap kali kamu berikan padaku, percayalah, lebih indah dengan mendoakan segala hal yang baik padamu, menjadi seseorang yang pendendam bukanlah tujuan dalam hidupku. Sesungguhnya doaku tak pernah mengharap balasan darimu, mereka tulus menyampaikan setitik harap yang ingin untuk terwujud, semoga kamu baik-baik saja, cukup, hanya itu.

Aku tak bisa memaksakan kehendak, entah untuk mengharapkanmu kembali, atau memintamu untuk bersamaku selamanya, aku tak memiliki kuasa untuk itu, Tuhan-lah maha pembolak-balik isi hati seseorang, jika saat ini kamu begitu tidak menyukaiku, aku mohon, jangan berlebihan melakukannya, kelak kamu takkan pernah tahu apa yang terjadi di lain hari kan?

Aku, aku yang masih disini dengan bertumpuk-tumpuk kenangan yang sedang aku cicil untuk aku buang sedang berusaha untuk mengingatkan diri ini agar tidak mengganggu hidupmu lagi seperti apa yang kamu mau. Kenangan-kenangan yang pernah kita buat, tolong agar ikut serta kamu bawa bersama kepergianmu, kepergianmu dari hidupku bukankah sudah cukup lama? Sudah cukup lama untuk membuat hidupku kosong, tapi tidak dengan otakku yang berisi penuh oleh kenangan-kenangan denganmu.

Tuan berinisial D yang terhormat, terimakasih telah pergi dari hidupku dengan tidak menyenangkan, penyesalan dan rasa yang masih tertinggal, aku harap kamu bawa serta saja, karena aku tak membutuhkannya, bahkan jika dijual pun takkan ada harganya, itu semua tak berarti bagi hidupku. Aku ingin mencoba lepas darimu, menjemput bahagia, tanpa kamu. Iya, tanpa kamu, dan aku yakin aku bisa melakukannya. Tenang saja, aku masih akan selalu mendoakanmu, aku berharap agar Tuhan mebiarkan semesta menjagamu dengan sebaik mungkin, jangan sampai ada satu hal pun yang menyakitimu. Jaga diri baik-baik, sayang.


Dari aku,



Yang selalu mendoakanmu.

No comments:

Post a Comment