Ini
adalah surat yang entah ke berapa kali nya yang aku tujukan untukmu, beginilah
aku. Kamu harus tahu tidaklah mudah menjadi aku, tidaklah mudah menjadi aku yang
selalu merindukanmu. Menjadi aku yang merindukanmu sementara kamu mengingatku
pun tidak. Jika saat ini aku katakan bahwa hidup ini tidak adil, mungkin iya
bagiku. Aku yang dengan giatnya kamu abaikan, masih saja disini merindukanmu.
Tanpa tahu hingga kapan aku akan merindukanmu sebagai seseorang yang aku
cintai, mungkin. Kamu yang begitu sulit untuk digapai, dan aku yang kali ini
sudah terlalu lelah untuk berjuang. Kamu yang terus menerus ingin untuk
diperjuangkan sementara aku tak pernah diperjuangkan. Aku terus saja mengejarmu
dan berusaha mendapatkanmu dengan berbagai cara, sementara kamu, hanya datang
dan pergi sesukamu.
Kamu
bisa datang padaku ketika kamu membutuhkanku, dan kamu bisa saja pergi ketika
kamu tak lagi membutuhkanku. Kita berdua memang belum pernah saling mencoba,
mencoba untuk mengutarakan apa yang sebenarnya ada di hati masing-masing.
Karena kita tahu, kita berdua terlalu sibuk dengan ego kita masing-masing.
Jika
ada yang lebih dingin dari cuaca di musim hujan seperti ini, itu adalah sikapmu
padaku saat ini. Lebih dingin dari apapun yang ada di muka bumi ini. Satu hal yang
takkan pernah ku temukan jawabnya dan misteri yang takkan pernah terpecahkan adalah
mengapa kita harus seperti ini, pertanyaan sederhana yang akan sulit mendapat
jawaban jika kamu hanya diam saja dalam menanggapi segalanya. Entah sudah
sebeku apa hatimu, es di kutub utara dan kutub selatan saja masih bisa mencair,
lantas mengapa tidak dengan hati dan persaanmu?
Yang
harus kamu tahu, jia kita berdua hanya terus menerus seperti ini, kita seperti
dua orang bodoh yang tak tahu akan menuju kemana. Aku ingin pergi, tak kamu
biarkan, kamu yang pergi begitu saja aku abaikan, aku tak pernah lagi mengusik
hidupmu.
Jadi,
dengan sangat memohon kepadamu. Ini semua rasanya sudah terlalu lama dan cukup
untuk membuatku gila. Jika ada hal yang dapat membuatku bahagia, maka lepaskanlah
aku untuk meraih bahagia itu, jika tak kamu perbolehkan, kamu lah yang harus
menjadi bahagiaku. Semua cukup adil bukan? Kita harus membuat sebuah komitmen
untuk diri kita amsing-masing, mana yang akan membahagiakan bagi kita.
Bolehkah
aku meminta waktumu untuk bicara sebentar saja? Karena yang ingin aku sampaikan
padamu takkan cukup untuk aku tuliskan disini. Terlalu banyak dan semuanya
harus aku sampaikan dengan jelas agar takkan ada kesalahpahaman. Kamis sore di
bangku kayu taman kota, pukul 3 sore. Aku harap kamu tidak datang terlambat.
Terimakasih,
Dari
aku yang (mungkin) bukan lagi siapa-siapa bagimu.
No comments:
Post a Comment