Aku
tak pernah banyak menuntut, aku pun tak pernah banyak meminta, aku tak pernah
meminta suatu hal yang begitu berat, apalagi memaksa, hanya sebuah kesediaan
yang aku mau, sebuah kesadaran diri tanpa paksaan, satu permintaan yang mungkin
tak akan aku minta berulang kali.
Nampaknya
entah aku yang salah atau orang-orang yang tak lagi peduli, atau aku bukanlah
prioritas utama bagi mereka, mereka memiliki hal yang lebih penting dibandingkan
aku yang mereka rasa harus lebih diutamakan.. Begitu menurutku, bukan aku yang
asik dan sibuk dengan duniaku, ini mungkin hanyalah caraku mengalihkan
perhatian agar aku tak banyak mengingat hal-hal yang mungkin kurang
menyenangkan untuk diingat terus menerus. Seseorang yang aku anggap dia adalah
proiritas dalam hidupku belum tentu menganggap aku pun sebagai prioritas dalam
hidupnya.
Entah
aku yang terlalu perasa atau memang kenyataan yang berkata seperti ini.. Entah
aku yang terlalu peka dalam menanggapi segala apa yang terjadi, tetapi jika
memang begitu adanya, wajarkah jika sesekali aku hanya meminta sebuah kesadaran
diri dan inisiatif? Atas apa yang aku perbuat terhadap seseorang yang aku
anggap dia berharga dalam hidupku, setidaknya aku peduli, dengan memikirkannya
itu berarti aku menganngap hidupnya adalah sesuatu yang tak boleh luput dari
pengamatan di hidupku.
Apa
aku adalah seorang yang perhitungan dengan apa yang aku lakukan? Apa aku harus
selalu menerima balasan atas apa yang aku lakukan? Apa aku harus selalu
menerima timbal balik? Apa aku tidak ikhlas melakukan ini semuanya? Apa aku
salah melakukan ini semua? Apa aku menyesal melakukan ini? Ah entahlah kadang
hal-hal semacam itu selalu daja tiba-tiba terlintas di kepalaku. Bukan, bukan
aku tidak ikhlas dan aku memperhitungkan apa saja yang telah aku lakukan, hanya
saja, sesekali aku pun butuh sebuah penghargaan atas apa yang aku lakukan, jika
semua yang aku lakukan menguntungkan bagi orang lain sementara aku hanay
diperlakukan layaknya sesuatu yang dianggap tidak penting dan tidak
dipedulikan, tak punya hati kah orang-orang? Atau aku yang membiarkan diriku
untuk dengan mudahnya diatur dan menerima segala perlakukan orang lain? Bukan
aku ingin menuntut segala balasan, hanya saja, ibatatnya jika terus menerus
seseorang berjuang tanpa ada yang menghargai perjuangannya, dia akan merasa
lelah melakukan itu semua, dan berpikir, untuk apa dia melakukan itu semua jika
bahkan apa yang dia lakukan pun tak ada yang melihatnya untuk sekedar
menghargainya.
Apa
dengan itu bisa dikatakan aku tidak ikhlas berbuat ini semua. Bukan, jika saja
aku tidak ikhlas mungkin aku bisa menuntut banyak hal dari banyak orang atas
apa yang aku berikan.
Satu
hal yang mungkin paling membuat hati ini bekerja ekstra keras, dan pikiran yang
sudah cukup lelah juga batin yang rasanya sudah muak, adalah ketika kamu dengan
lelah dan giatnya berjuang dan berusaha namun orang lain yang merasakan
hasilnya. Pernah merasa seperti itu, saat ini entah aku yang perasa, tapi hal
ini benar-benar sering terjadi dan sangat menguras perasaan. Mengorbankan
perasaan lagi dan lagi, merelakan hasil jerih payah dinikmati orang lain, kita
yang berusaha mendapatkan hasil yang buruk sementara orang lain menikmati hasil
yang kita kerjakan dan mendapatkan pencapaian baik. Ngenes.
Pernahkah
kamu merasa tidak dihargai oleh orang lain? Yang dengan enaknya orang tersebut
memerintah kamu seenaknya, memanfaatkan kamu dan melakukan apa yang dia suka
terhadapmu. Capek. Iya capek. Capek dengan orang-orang yang tak pernah mau tahu
apa yang dinamakan udaha dan perjuangan, hanya mau tahu hasil tanpa mau tahu
proses dan kerjanya cuma protes. Aku capek terus-terusan jadi yang dominan dan
inisiatif sementara orang lain bahkan peduli pun tidak, aku juga capek harus
terus-terusan baik di hadapan orang dengan menerima apapun perlakuan mereka
yang tidak menghargai apa yang sudah aku kerjakan. Mungkin orang lain bilang
aku sensitif dengan seperti ini, tapi orang lain pun mungkin tahu kalau mereka
sudah lihat sendiri apa yang terjadi. Sebagian besar orang yang lihat apa yang
terjadi dengan aku, mereka beranggapan sama, mereka mau aku tegas dan jangan
mau ditindas orang, tapi aku ingat bahwa disini memang ada perasaan orang lain
yang harus dijaga. Ya walaupun apa peduli orang lain dengan perasaanku.
Selama
ini mungkin aku memang tak dianggap sebagai prioritas bagi sebagian orang yang
dalam hidupku aku anggap dia prioritas utama dan aku letakkan di poin-poin
orang yang aku anggap berharga di hidupku, tapi apa aku harus memaksa mereka
untuk melakukannya? Tidak, mungkin persepsiku dengan mereka berbeda karena isi
kepalaku dengan mereka berbeda. Hanya, bolehkah sekali saja aku berharap untuk
menjadi prioritas utama yang akan diingat dan dipedulikan perasaannya?
No comments:
Post a Comment