Teruntuk @sedimensenja,
Halo, kak. Selamat
pagi, siang, sore ataupun malam ketika dirimu sedang membaca surat dariku ini.
Sejujurnya, aku tak tahu harus menulis apa di surat yang mungkin isinya tidak
terlalu penting ini, yang jelas, aku rasa aku harus mengirim surat padamu atas
segala kekagumanku pada semua tulisanmu.
Jika surat ini harus
dimulai dengan basa-basi, mungkin alangkah baiknya aku memulainya dengan
menanyakan bagaimanakah kabarmu? Semoga cuaca buruk yang menimpa sebagian besar
wilayah di Indonseia ini tak ada pengaruhnya dengan kesehatanmu, ya. Masih
harus basa-basi atau cukup saja? Ah aku kira cukup saja…
Oh iya, kak, entah
semenjak kapan aku mulai menyukai dan mengagumi semua tulisanmu, rasanya aku
tak bisa menghentikan diriku ketika membaca semua tulisanmu, entah itu di
linikala twittermu, entah itu di beberapa blogmu, jari-jari, tangan dan
kepalaku berkoordinasi untuk mengiyakan apa yang telah kau tuliskan. Rasanya,
setiap kali membaca tweet-mu, jari-jariku ini tak mau melewatkan apa yang telah
kau tulis, dia selalu ingin meretweetnya agar seluruh linimasa tahu adanya
tulisan yang benar-benar membuatku terkagum.
Aku pun tidak mengingat
kapan jelasnya aku mulai mem-follow akunmu, barangkali saat itu aku hanya
menemukan tweetmu dari hasil retweet orang lain, sampai akhirnya aku memutuskan
untuk mem-follow akunmu sendiri dan membuktikan bahwa tulisan-tulisanmu terlalu
sayang untuk aku abaikan. Dan sampai detik ini, aku begitu jatuh cinta dengan
tulisanmu, aku suka berjalan-jalan di blogmu, menghabiskan waktu utnuk membaca
tulisan-tulisan indah milikmu. Entah kau bubuhi apa tulisan-tulisanmu itu,
sehingga mampu menyihirku untuk terus menerus membacanya tanpa bosan, selalu
saja ada satu hal yang membuatku terperangah dengan tulisanmu. Untaian kata
yang tersaji, membuatku selalu merasa suka membacanya.
Ini surat pertamaku
untukmu, atas dasar rasa kagumku akhirnya surat ini bisa sampai padamu. Maafkan
jika mungkin aku lancang mengirimimu surat, setidaknya agar dirimu tahu bahwa
aku mengagumi tulisan-tulisanmu. Kadang aku bertanya, bagaimana bisa tulisanmu
sebegitu bagusnya, ah entahlah, pertanyaan seperti itu kerap kali datang,
ketika membaca tweetmu rasanya ingin aku retweet semua, tapi aku takut disangka
curhat. Kadang ada beebrapa tweetmmu yang selalu membuat aku berujar dalam hati
“Ini kenapa sih bener banget?”. Sedang berpikir apakah dirim ketika menulis
sehingga bisa menghasilkan tulisan-tulisan semenakjuban itu? Apakah ini
berlebihan? Ah tidak, kak, ini serius.
Kak, sebelum surat ini
menjadi terlalu panjang, mungkin lebih baik saat ini aku sudahi saja surat ini,
sebelum menjadi semakin tidak penting. Terimakasih telah bersedia membaca surat
yang telah aku kirimkan. Tetaplah menulis, kak. Tulisanmu itu layaknya candu
bagiku.
Tertanda,
Maharani Fitri L N
No comments:
Post a Comment