Teruntuk Mama dan Papa yang kalau
malam hari pasti lagi serius nonton Ashoka berdua,
Assalamualaikum Ibu Sri dan Bapak
Engkus yang kalau bercanda kadang suka garing tapi tetep aja ketawa ngakak
berdua. Iya dimaklumi, untung sayang. Eh hahahaha. Kalau suatu hari mama dan
papa baca surat ini, maafkan kalau anakmu hanya berani menuliskan kata-kata
semacam ini dibandingkan menyampaikannya secara langsung. Mungkin anakmu ini
terlalu gengsi untuk menyampaikan hal-hal manis seperti mengucapkan sayang dan
mengirim surat seperti ini.
Ma, Pa, saat ini anakmu
(akhirnya) punya pacar juga, yang Insya Allah bisa dipercaya, Insya Allah bisa
menjagaku diluar sana selain dirumah, yang akan mengantarkan anakmu ini sampai
rumah dengan selamat. Anakmu ini sudah dewasa ma, pa, Insya Allah sudah tahu
mana yang baik dan buruk serta mana yang benar dan mana yang salah.
Jika di surat ini aku diharuskan
untuk mengucapkan bahwa aku sayang kalian, rasanya tidak cukup untuk
menyampaikan betapa aku menyayangi mama dan papa melebihi apapun yang ada di
muka bumi ini. Rasanya senang jika di setiap hari bisa melihat kalian tertawa
bahkan hanya dengan lawakan garing yang saling kalian lontarkan, rasanya tak
mau dan tak rela jika melihat kalian murung atau bahkan bersedih. Rasanya masih
teringat jelas bahwa tahun lalu adalah tahun terberat bagi keluarga kita,
mendapati papa jatuh sakit adalah kali pertama bagi keluarga kita dan rasanya
tak mau sampai hal itu terjadi lagi. Melihat mama panik, tak bisa tidur dengan
nyenyak, wajah yang selalu diliputi rasa takut dan cemas, air mata yang menetes
ketika tak sanggup lagi melihat papa yang saat itu sakit. Aku yang saat itu
sering ditinggal dirumah sendiri karena papa yang berkali-kali masuk rumah
sakit, menangis setiap hari di rumah sendirian, ketakutan yang besar dan
kecemasan yang melandaku, air mata pun tak ragu-ragu untuk jatuh karena aku tak
bisa menahannya saat mengingat bagaimana papa begitu tersiksa dengan
penyakitnya.
Bagaimana tidak cemas, kali itu
papa tiba-tiba pendarahan dirumah, seisi rumah di beberapa sisi terdapat bercak
darah, kami masih mengira hanya mimisan biasa sampai akhirnya papa masuk IGD
dan saat itu aku sedang di kampus saat kemudian adikku menghubungiku untuk
mengabari bahwa papa masuk IGD, tangisku tak dapat kubendung lagi, teman-teman
sibuk bertanya aku kenapa dan memelukku untuk menguatkan. Hari-hari berat itu
terasa begitu lama, beberapa bulan di akhir tahun 2015 menjadi terasa mencekam
bagi keluarga kita, ya.
Badai itu sekarang telah berlalu,
Alhamdulillah papa sudah kembali sehat. Beraktivitas kembali seperti biasa dan
bisa melihat mama dan papa kembali tersenyum, berkumpul bersama dan tertawa
bersama merupakan penghilang rasa lelah dan sebuah mukjizat dari Tuhan.
Alhamdulillah sekarang kita bisa berkumpul lengkap lagi dirumah, tak perlu lagi
melihat mama yang cemas dan papa yang tak pernah tidur nyenyak selama sakit. Ya
Allah berikanlah kesehatan selalu untuk mama dan papa, limpahkanlah rezeki dan
kebahagiaan bagi mereka, selalu berikan segala hal yang terbaik bagi mereka.
Ma, Pa, doakan anakmu ini bisa
lulus di tahun ini ya, semoga anakmu bisa di wisuda dengan nilai cumlaude dan
bisa membanggakan kalian berdua, semoga setelah lulus anakmu ini bisa tercapai
cita-citanya untuk bekerja di Perusahaan Terbaik Hehehehe. Ma, Pa, terimakasih untuk
segala yang telah diberikan, aku tahu mungkin aku takkan bisa membalasnya, tapi
aku berusaha untuk kelak dikemudian hari dapat membalas semua yang diberikan
atau mungkin lebih. Semoga kita selalu ada dalam kebahagiaan ya. Sehat-sehat
terus, ma, pa, i love you!
Tertanda,
Anakmu yang lagi pusing mikirin
judul skripsi.
Amin amin, lulus, baikbaik ya ke mama papanyaa
ReplyDelete-Ikavuje
Amin kak Ika :)
Delete