Untuk
sebuah kosa kata yang selalu menyesakkan dada ketika diingat,
Hallo
masa lalu, untuk apakah kamu selalu hadir sekarang? apakah yang harus aku
lakukan lagi padamu? Apalagi yang harus aku perbuat pada kenangan yang terjadi
di masa lalu? Apa yang harus aku lakukan padamu, duhai Tuan Masa Lalu yang
mengusikku selalu. Haruskah aku melupakanmu? Mengingatmu? Atau mengingat yang
indah dan melupakan yang pedih dari masa lalu? Bukankah keduanya memiliki
fungsi yang sama, yaitu untuk di rindukan? Bukankah keduanya memang diciptakan
untuk membuat rindu?
Aku
selalu bertanya, kemudian manakah yang harus dipilih? Kenangan di masa lalu
yang indah lah yang selalu terekam jelas dan membuatnya ingin kembali lagi
kesana dan mengulanginya kembali. Namun kelak aku akan tahu apa fungsi darimu,
Tuan masa Lalu. Pada akhirnya aku akan tahu apa yang seharusnya aku perbuat
dengan sebuah kenangan dari masa lalu. Menjeratnya dalam kepalaku atau
membiarkannya terlepas hilang, meguap ke udara
bagaikan uap air yang mendidih. Masa lalu tentu akan dimiliki setiap
orang, tanpa diminta pun, dia akan hadir dan dimiliki oleh setiap orang. Namun
dalam apapun bentuknya, suatu hal yang muncul dari masa lalu memang selalu
terasa menyesakkan dada dan bahkan membuat hingga meneteskan air mata.
Aku
mengejamu dan mereka semua sebagai masa laluku, tak ada yang bisa membuat kamu
dan mereka kembali ke masa yang disebut kini. Setiap hal yang pernah kita
datangi adlah mesin waktu yang selalu mampu membuatku teringat pada kita di
dahulu kala. Waktu berubah, semuanya pergi dan semuanya telah berbeda. Masa
lalu hanya diciptakan untuk dikenang tak pernah bisa dikembalikan. Terimakasih
untuk semua pelajarannya di dahulu kala, masa kini aku harapkan takkan terulang
hal bodoh seperti dulu.
Tertanda
aku,
yang
memilih untuk mengenangmu selalu, Tuan Masa Lalu
#30HariMenulisSuratCinta
Hari ke-8
No comments:
Post a Comment