Kepada kamu,
Kamu harus tahu berapa banyak
malam yang terbuang hanya untuk terbujur kaku menanti sesuatu yang membuatku
ragu. Entah malam ini adalah malam ke berapa aku bertingkah seperti ini,
bolak-balik dari handphoneku menuju komputer atau sebaliknya dari komputer menuju
handphoneku, menunggu, menerka-nerka, berharap, menanti agar ada kamu disana.
Bodohnya aku menanti kamu di dalam malam sesyahdu ini, kehadiranmu jelas hanya
menghadirkan pilu. Namun pilu ku ternyata menjadi candu, aku menikmati dukaku,
karenamu. Aku menunggu, dan aku menyukai bagian ketika ada ringtone tertanda
bahwa ada pesan masuk di handphoneku atau ada notification di komputerku,
segera aku berlari menghampirinya, aku harap itu kamu, aku harap disana ada
kamu. Ketika ada kamu disana, aku menunggu kamu memulai duluan, memberi sebuah
sapaan disetiap malamnya yang pada akhirnya ini hanya sebuah hal yang
orang-orang sebut dengan membuang-buang waktu. Karena ternyata kemungkinan kamu
untuk menyapa duluan itu, ah sangat tidak mungkin terjadi. Setiap malam aku
menunggu, bahkan hingga larut malam.
Semalam kemarin hingga pukul
00:34 aku masih mengharapkan sebuah pesan darimu hingga aku tertidur dan akan
terbangun esok hari dan begitu seterusnya. Berselancar di website-website yang
aku rasa bisa membuang waktuku sembari menunggu sebuah pesan. Tepat pukul 01:00
tak ada pesan, dan aku memutuskan untuk pergi tidur karena aku tahu hidupku
bukan hanya untuk menunggu pesan seperti ini.
Dan kemudian di malam yang
seperti ini ada pertanyaan yang selalu hadir mengenai mengapa hingga detik ini
segala sesuatu yang berkaitan denganmu masih saja selalu menyesakkan dada.
Entah itu namamu yang disebutkan orang lain, wangi parfum mu yang mirip dengan
wangi parfum dengan seseorang yang entah siapa membuatku mengingatmu, entah itu
senyum seseorang yang mirip denganmu atau mungkin model rambut seseorang yang
menyerupai model rambutmu, tetap, segala sesuatu tentangmu bahkan bukan
terkadang tetapi masih selalu membuat sekujur tubuhku terdiam, debaran jantung
yang lebih kencang dan pikiranku yang melayang jauh menuju kamu. Dan segala
tentangmu, masih selalu menimbulkan banyak tanya, disini, di kepala dan pikiranku,
yang terus menerka dan mencari tahu.
Terkadang aku pun kemudian selalu
bertanya-tanya untuk siapa tulisan-tulisan mu itu kau tujukan? Seringkali,
tanpa sengaja aku memergoki mu menulis sebuah kata "kamu" yang tak
kau jelaskan siapa kah "kamu" yang kau maksud, nama nya tak pernah
kau sertakan,tak pernah tertera disana. Lantas untuk siapa semua kata "kamu"
yang selalu ada dalam tulisanmu? Masih diriku kah? Atau mungkin bukan dan tentu
saja memang bukan. Disaat aku diam, justru saat itulah saat paling gaduh,
dalam kepalaku, saat ribuan tanya menyerang mencari-cari sesuatu yang dia
inginkan, bertanya-tanya mengapa ini bisa begini dan mengapa itu bisa begitu,
mengapa dan mengapa, gaduh, kepalaku tak berhenti mencari sebuah jawaban. Di
tiap malamku yang penuh dengan tanya, di tengah malamku yang semakin tidak
karuan mengapa tanya yang terselip harus seperti ini? Ketika malam ini aku
menyerah untuk menunggu pesan darimu, dan kamu tetap berusaha pada usahamu
untuk membuatku menunggu. Ketika usahaku menunggumu tak kau indahkan, lantas
mengapa usahamu membuatku menunggu harus aku indahkan?
Ini adalah luka yang menjadi
candu dan selalu membuat rindu, aku selalu mau melakukannya berulang kali
sekalipun rinduku tak tau kemana dia menuju. Harusnya rindu ini milikmu, tapi
waktu tak lagi untukku dan untukmu. Sejauh ini aku hanya bisa menunggu dan
berharap. Kata-kata ini menjadi sesuatu hal yang memang seharusnya kamu tahu.
Tapi tak banyak kata yang mampu aku rangkai, karena untukmu, tak pernah ada
satu hal pun yang cukup untuk mengutarakan dan mendeskripsikan tentang kamu. Ini
aku yang tak lelah menunggu dan bertanya. Semoga nanti kamu mau tahu mengenai
usahaku.
Dari aku, yang candu akan rindumu..
#30HariMenulisSuratCinta hari
ke-4
No comments:
Post a Comment