Monday, January 28, 2013

# #30HariMenulisSuratCinta

Itu masih kamu..

Itu masih kamu, yang rupanya mampu membuatku menangis tersedu-sedu dan lalu beberapa saat kemudian kamu merubahnya menjadi tawa lepas. Ketika saat itu kamu membuatku terluka sehingga menciptakan air mata yang turun dari mataku, namun ternyata kamu juga yang mampu mengubah kembali air mata menjadi tawa. Kenangan itu ternyata masih terekam jelas setiap detailnya. Detail dari sebuah ruangan dimana disana kita pernah membuat suatu kenangan berdua, tempat yang masih terekam jelas dan semua adegan yang terjadi disana, terlebih saat sebuah pelukan masih menjadi hal yang penuh arti. Ketika sebuah pertengkaran dengan terpaksa harus berakhir dengan tangis, aku selalu ingat bagaimana nyamannya sebuah pelukan setelah pertengkaran. Indahnya sebuah kata maaf untuk mengakhiri pertengkaran, dan lepasnya tawa yang hadir menggantikan air mata yang jatuh.

Masalah membolak-balikkan perasaanku, kamu lah jagonya. Masalah menaik-turunkan perasaan, kamu juga jagonya. Masalah menghancurkan perasaan dengan harapan-harapan palsu, kamu jagonya. Masalah mengacuhkan perasaanku, kamu juga jagonya. Apalagi yang tidak kamu bisa? Kamu kan sudah jago mengenai banyak hal. Iya jago mengenai hal-hal yang berkaitan dengan bagaimana menghancurkan hatiku secara pelahan-lahan. Apalagi ya yang tidak kamu bisa? Oh iya, kamu belum jago mengenai menemukan jalan untuk kembali menuju hatiku. Satu-satunya tempat yang benar untuk kamu berlabuh. Kamu tersesat sayang, mari kesini, aku bisa tunjukkan padamu jalan yang benar untuk menuju hatiku. Bukan hatinya, atau hati wanita lainnya. Hanya hatiku lah satu-satunya tempat terbaik untukmu pulang.

Sayang, jika kamu sudah mampu mengenal aku dengan begitu baiknya mengapa kamu masih tak tahu jalan yang benar untuk menuju hatiku. Mengapa yang kau tahu hanyalah mengacak-ngacak perasaanku? Jika aku bahagia karena kamu mampu menyulam senyuman di wajahku, aku pun harus bersedih karena kamu juga yang mampu membuatku meneteskan air mata. Jika pelukan kamu menjadi satu-satunya tempat paling nyaman bagiku, akankah aku menemukan gantinya? Jika kamu lah yang menghancurkan hatiku sedemikian hancurnya, haruskah aku tetap membanggakan dan mengharapkanmu? Jika kamu pada akhirnya pergi, haruskah aku tetap menunggumu kembali? Jika kamu akhirnya tak akan pernah kembali, haruskah aku jadi satu-satunya orang yang menanti kembalinya kamu. Haruskah?

Aku mohon, jangan diam seperti itu. Yang aku butuhkan bukan diamnya kamu, yang aku butuhkan adalah jawaban darimu. Karena tanyaku tak perlu sebuah diam, tanyaku hanya perlu jawabnya, dan aku harap itu kamu yang akan beri jawabnya.

Dari aku, yang (ternyata) (masih) menunggu jawabanmu.


#30HariMenulisSuratCinta, Hari ke-15

No comments:

Post a Comment