Teruntuk hujan,
Hari ke-13
Hai tuan Hujan, mungkin aku harus
menyapamu terlebih dahulu sebelum aku memulai suratku, kemudian aku harus
memberi tahu mu untuk apa aku mengirimimu surat. Ini akan berisi beberapa hal
yang menjadi pandanganku terhadapmu. Jadi siapkan dirimu untuk ini, oke?
Aku akan memulainya dengan
mengatakan bahwa aku benci kepada hujan karena hujan telah mengambil posisinya
sebagai pengingatku akan kamu, aku benci hujan karena hujan telah berubah
menjadi mesin waktu yang mampu mengingatkanku mengenai banyak hal dengan
membawaku kembali mengingat apa yang pernah terjadi di bawah hujan.
Hahahaha bukan hanya itu. Akan
masih banyak yang ingin aku sampaikan padamu, tuan Hujan. Berawal dengan kata
benci ya, apa yang pantas disebut surat cinta jika ada kata-kata benci, eh
tunggu dulu. Masih ada lanjutannya.
Baiklah, biarpun aku membenci
hujan namun selalu ada cerita yang tersulam dibalik hujan, bersamaan dengan
hujan yang turun. Hahahahaha begitulah kemudian aku menertawakan hujan yang
kini berubah fungsinya menjadi mesin waktu penghubung antara aku dan kenangan
kita di dulu kala. Selalu ada sebuah cerita yang terkadang memang dibuat tuhan
sangat indah dan terangkai ketika hujan.
Dahulu, hujan dan kami berdua adalah satu, begitu aku mengejanya.
Kemudian aku yang menyukai hujan,
mengapa aku menyukai hujan? Itu karena aku tahu tak akan ada yang mengetahui
setiap tetes air mata yang aku jatuhkan di kala hujan, hujan akan mampu
menutupi tangisku. Ketika hujan, tak akan ada yang tahu mengenai itu.
Kemudian tidak hanya itu, semua
hal tentu saja bisa terjadi di kala hujan turun, di kala kita menanti di bawah
hujan, di kala kita meratapi setiap tetes hujan yang jatuh memeluk bumi. Selalu
ada cerita di balik hujan yang turun, bahkan tidak hanya satu, tetapi banyak. Entah
itu cerita mengenai dua anak manusia yang sedang saling jatuh cinta, entah itu
cerita mengenai dua anak manusia yang sedang memadu cerita indah atau mungkin
dua anak manusia yang sedang sama-sama menjauhkan diri karena sebuah konflik,
atau mungkin ada sepasang anak manusia yang sedang patah hati dan menikmati
tangisannya bersama hujan yang turun?Bisa jadi tidak hanya sepasang, tapi
banyak pasang di luar sana. Beberapa diantara hal yang aku beberkan ada yang
pernah aku alami sendiri.
Lalu, hujan itu tak hanya
mengenai sebuah pasangan yang mengalami banyak hal, tetapi juga mengenai
sekumpulan anak manusia yang mungkin membuat banyak cerita menyenangkan,
menyulam ribuan senyuman manis di setiap wajah wajah yang rupawan, menenun
ribuan tawa canda yang akan menyeruak ke udara dan membiarkan seluruh semesta
tau mengenai tawa canda yang kami ciptakan. Hal itu kadang terjadi tak sengaja
di bawah hujan, mungkin ketika menunggu hujan reda akan ada banyak hal yang
bisa di lakukan bersama orang-orang yang kamu sayangi. Contohnya aku, aku
selalu mendapatkan hal-hal menyanagkan di kala aku menunggu hujan reda. Aku
bisa tertawa bersama teman-teman, aku bisa berbagi cerita bersama teman-teman,
aku bisa melakukan apapun bersama mereka semua.
Tapi aku tak suka, jika kamu bisa
membuat badanku sakit sesaat setelah kamu menyentuh tubuhku. Kamu bisa
membuatku demam jika kamu mengenai tubuhku. Tapi aku juga suka ketika hujan
selesai aku dapat melihat spektrum warna yang indah yang orang namakan pelangi
itu. Ah aku selalu bingung aku harus menyukai atau membencimu, tuan Hujan.
Maafkan aku yang membencimu dan terimalah aku yang menyukaimu.
Mungkin cukup hingga sini suratku
mengenaimu, maafak kata-kataku sebelumnya ya.
Dari aku, yang senang melihat
pelangi setelah hujan.
#30HariMenulisSuratCinta
No comments:
Post a Comment