Saturday, August 31, 2013

# #lewatpukulsembilan

Kisah Cinta Klasik (I)

Kisah Cinta Klasik (mungkin)
Bagian pertama.

I
Belum bisa move on itu mungkin karena sebuah rasa penasaran akan si objek tersebut, mungkin rasa penasaran mengenai hal-hal apa saja yang masih bisa dilakukan bersama dengan orang tersebut. Bisa jadi kita berpikir kalau belum putus hal-hal apa sajakah yang bisa kita lakukan nanti? Mungkin masih bisa pergi kesini bareng, mungkin masih bisa makan ini bareng atau mungkin masih bisa ngobrolin ini bareng. Ya selebihnya karena rasa penasaran kamu tentang objekmu itu, mengapa kamu tidak bisa move on, penasaran bisa jadi salah satu alasan yang dianggap benar, karena rasa penasaran yang mendorong kita ingin tahu dan bahkan tak mau beranjak.
II
Cinta yang sudah kamu perjuangkan dengan teramat sangat bahkan hingga tahun keempat seolah membuatmu hampir gila di setiap harinya, menghabiskan air matamu, dan menguras emosimu, dan kamu bisa saja menyebut dirimu itu sedang jatuh cinta sendiri, kamu berjuang sendiri, menekan egomu, menahan rasa marah dan menempatkan kesabaranmu pada tingkat paling tinggi. Ketika kesabaranmu mungkin sudah ada pada tahap, kamu menerima dia apa adanya apapun yang terjadi. Seringkali karena hal sepele, keduanya tak mampu meredam ego masing-masing, saling melontarkan argumen tanpa mengingat bahwa ada perasaan yang harus dijaga. Berkali-kali mengungkapkan keinginan dan apa yang kita rasakan ternyata tak selalu menjadi jalan keluar. Kerap kali bahkan kamu seolah harus merangkak melewati kerikil-kerikil kecil atau mungkin hingga seperti nenek tua yang berjalan terpopoh di dalam hubungan ini, lelah, segalanya seperti kamu kerjakan sendiri, sedangkan dia, bahkan peduli padamu saja entah. Kamu hampir saja berada di tingkat lelah dan jenuh yang paling tinggi, ketika kamu ingin pergi dari itu semua, kamu kembali ingat dengan ribuan alasan kamu untuk tetap bertahan dan juga kamu kembali teringat apakah kamu akan bisa tanpa dia di kemudian hari.


III
“Jadi, tembok pemisah terkuat kadang bukan ego. Tapi agama, orang tua, dan pekerjaan” - @falla_adinda.

Mari kita bercerita dari opsi nomor satu, yaitu agama, iya ini mungkin sudah menjadi sebuah hal yang dianggap sebagai hal yang sulit bagi mereka yang memang ditakdirkan tuhan untuk saling menjatuhkan hati satu sama lain namun ternyata agama lah yang menjadi pembeda mereka, agama yang menjadi batas dan sebuah tebing tinggi yang menghadang mereka. Memang atas kuasa tuhan semuanya terjadi, hanya saja pada akhirnya tuhan pun ingin melihat sejauh manakah mereka sanggup berjuang demi mereka sendiri, sejauh manakah mereka sanggup untuk memperjuangkan cinta mereka itu, sejauh manakah mereka bisa menghadapi segala yang menjadi tantangan bagi mereka, apakah mereka akan lolos dalam ujian ini? Jawaban ini hanya milik mereka. Bisa saja ada yang salah satunya berpindah agama atau tetap menjalankan semuanya dibawah perbedaan, ada yang betrahan hingga tua dan ada juga yang berhenti di tengah jalan, tak ada yang tahu, Semuanya mungkin misteri tuhan.

Lalu yang selanjutnya adalah orang tua, lagi-lagi sebuah pengahlang yang klasik, bahkan sampai saat ini masih saja ada yang dinamakan perjodohan, sebut saja seorang anak dari selebritis di negeri ini yang umurnya dibawah saya namun sudah dijodohkan, terlepas apakah dia suka atau tidak. Atau ketika si anak menjatuhkan hati pada seseorang yang mngkin berhasil mencuri hatinya namun tidak sesuai dengan kriteria dari orang tua, mungkin bisa jadi seorang ayah yang memiliki anak perempuan dan menetapkan bagaimana aturan bagi seorang laki-laki yang menyukai anaknya, harus seperti apakah dan kriteria-kriteria lain yang harus dipenuhia Atau si ibu yang memiliki seorang anak perempuan dan si ibu tersebut memiliki kriteria laki-laki bagi anaknya, misalnya anaknya harus mempunyai pasangan yang memiliki pekerjaan dengan penghasilan yang besar, laki-laki yang mapan, laki-laki yang berpenampilan rapi dengan kemeja dan rambut klimis atau ekspektasi yang lainnya sementara anaknya menjatuhkan hati pada seorang laki-laki yang mungkin diluar ekspektasi ibu dan ayahnya. Yang berpacaran dan kelak akan menjalin hubungan kan bukan orang tuanya, jadi alangkah baiknya berikanlah izin pada anak-anakmu atau setidaknya berikan sedikit ruang agar mampu bernapas lega tanpa tekanan dan tuntutan akan mencari seorang pendamping hidup.

Pekerjaan. Apa yang salah? Ya kembali pada opsi kedua, kita bisa lihat beberapa orang tua mematok kita harus memiliki pasangan yang mempunyai pekerjaan layak atau mungkin berpenghasilan tinggi, sekalipun nanti uang akan habis dan tuhan sudah mengatur rexeki sedemikian rupa untuk setiap hambanya. Atau banyak selebriti di negri ini yang sering di isukan akhirnya bercerai karena penghasilan salah satu pihak mungkin lebih tinggi dan bisa menyebabkan satu pihak seolah memiliki kebanggan tersendiri dan memiliki perasaan bahwa dia yang paling hebat karena dia bisa mengahsilkan uang lebih banyak dibandingkan pasangannya. Tapi ya jika kita berpikir ke depan, ketika kita sudah dewasa dan nanti berumah tangga, misalnya saya sebagai perempuan yang kelak akan menikah dan memiliki suami lalu memiliki keluarga kecil, memangnya mau punya suami yang tidak bekerja dan tidak memiliki apa-apa? Akan di biayai dengan apa? Akan diberi makan apa saya nanti setelah menikah jika punya suami yang tidak memiliki pekerjaan? Diberi makan cinta? Sebab cinta saja tak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupmu. Tapi pasti pekerjaan yang dimaksud disini adalah tingkat pekerjaan yang tadi saya katakan, perbedaan tingkatan pekerjaan dan penghasilan yang mungkin menjadi persoalan. Kesenjangan sosial, stratifikasi sosial. Masalah yang cukup kompleks.


IV
Ketika banyak perempuan yang mengidamkan seorang laki-laki yang perhatian, loyal dan memenuhi banyak maumu, namun kamu malah menyia-nyiakannya begitu saja. Memperlakukanmu dengan manis dan baik, selalu mengajakmu ke tempat-tempat baru, memberikanmu apa yang kamu inginkan tapi malah kamu yang tidak membalas segala kebaikannya, kamu harus berpikir dua kali untuk membalas kebaikannya dan kadang mengacuhkannya. Padahal laki-laki baik seperti itu di dunia ini langka mungkin 1 berbanding 100. Ah berlebihan, tapi ya belum tentu setelah kamu membiarkan dia pergi kamu masih akan menemukan laki-laki yang akan menegrtimu seperti dia yang kamu tinggalakan ini.


No comments:

Post a Comment