Kisah Cinta Klasik
(mungkin)
Bagian pertama.
I
Belum bisa move on itu
mungkin karena sebuah rasa penasaran akan si objek tersebut, mungkin rasa
penasaran mengenai hal-hal apa saja yang masih bisa dilakukan bersama dengan
orang tersebut. Bisa jadi kita berpikir kalau belum putus hal-hal apa sajakah yang
bisa kita lakukan nanti? Mungkin masih bisa pergi kesini bareng, mungkin masih
bisa makan ini bareng atau mungkin masih bisa ngobrolin ini bareng. Ya
selebihnya karena rasa penasaran kamu tentang objekmu itu, mengapa kamu tidak
bisa move on, penasaran bisa jadi salah satu alasan yang dianggap benar, karena
rasa penasaran yang mendorong kita ingin tahu dan bahkan tak mau beranjak.
II
Cinta yang sudah kamu perjuangkan
dengan teramat sangat bahkan hingga tahun keempat seolah membuatmu hampir gila
di setiap harinya, menghabiskan air matamu, dan menguras emosimu, dan kamu bisa
saja menyebut dirimu itu sedang jatuh cinta sendiri, kamu berjuang sendiri,
menekan egomu, menahan rasa marah dan menempatkan kesabaranmu pada tingkat
paling tinggi. Ketika kesabaranmu mungkin sudah ada pada tahap, kamu menerima
dia apa adanya apapun yang terjadi. Seringkali karena hal sepele, keduanya tak
mampu meredam ego masing-masing, saling melontarkan argumen tanpa mengingat
bahwa ada perasaan yang harus dijaga. Berkali-kali mengungkapkan keinginan dan
apa yang kita rasakan ternyata tak selalu menjadi jalan keluar. Kerap kali
bahkan kamu seolah harus merangkak melewati kerikil-kerikil kecil atau mungkin
hingga seperti nenek tua yang berjalan terpopoh di dalam hubungan ini, lelah, segalanya
seperti kamu kerjakan sendiri, sedangkan dia, bahkan peduli padamu saja entah.
Kamu hampir saja berada di tingkat lelah dan jenuh yang paling tinggi, ketika
kamu ingin pergi dari itu semua, kamu kembali ingat dengan ribuan alasan kamu
untuk tetap bertahan dan juga kamu kembali teringat apakah kamu akan bisa tanpa
dia di kemudian hari.
III
“Jadi,
tembok pemisah terkuat kadang bukan ego. Tapi agama, orang tua, dan pekerjaan”
- @falla_adinda.
Mari kita bercerita dari
opsi nomor satu, yaitu agama, iya ini mungkin sudah menjadi sebuah hal yang dianggap
sebagai hal yang sulit bagi mereka yang memang ditakdirkan tuhan untuk saling
menjatuhkan hati satu sama lain namun ternyata agama lah yang menjadi pembeda
mereka, agama yang menjadi batas dan sebuah tebing tinggi yang menghadang
mereka. Memang atas kuasa tuhan semuanya terjadi, hanya saja pada akhirnya
tuhan pun ingin melihat sejauh manakah mereka sanggup berjuang demi mereka
sendiri, sejauh manakah mereka sanggup untuk memperjuangkan cinta mereka itu,
sejauh manakah mereka bisa menghadapi segala yang menjadi tantangan bagi
mereka, apakah mereka akan lolos dalam ujian ini? Jawaban ini hanya milik
mereka. Bisa saja ada yang salah satunya berpindah agama atau tetap menjalankan
semuanya dibawah perbedaan, ada yang betrahan hingga tua dan ada juga yang
berhenti di tengah jalan, tak ada yang tahu, Semuanya mungkin misteri tuhan.
Lalu yang selanjutnya
adalah orang tua, lagi-lagi sebuah pengahlang yang klasik, bahkan sampai saat
ini masih saja ada yang dinamakan perjodohan, sebut saja seorang anak dari
selebritis di negeri ini yang umurnya dibawah saya namun sudah dijodohkan,
terlepas apakah dia suka atau tidak. Atau ketika si anak menjatuhkan hati pada
seseorang yang mngkin berhasil mencuri hatinya namun tidak sesuai dengan
kriteria dari orang tua, mungkin bisa jadi seorang ayah yang memiliki anak
perempuan dan menetapkan bagaimana aturan bagi seorang laki-laki yang menyukai
anaknya, harus seperti apakah dan kriteria-kriteria lain yang harus dipenuhia Atau
si ibu yang memiliki seorang anak perempuan dan si ibu tersebut memiliki
kriteria laki-laki bagi anaknya, misalnya anaknya harus mempunyai pasangan yang
memiliki pekerjaan dengan penghasilan yang besar, laki-laki yang mapan,
laki-laki yang berpenampilan rapi dengan kemeja dan rambut klimis atau
ekspektasi yang lainnya sementara anaknya menjatuhkan hati pada seorang
laki-laki yang mungkin diluar ekspektasi ibu dan ayahnya. Yang berpacaran dan
kelak akan menjalin hubungan kan bukan orang tuanya, jadi alangkah baiknya
berikanlah izin pada anak-anakmu atau setidaknya berikan sedikit ruang agar
mampu bernapas lega tanpa tekanan dan tuntutan akan mencari seorang pendamping
hidup.
Pekerjaan. Apa yang
salah? Ya kembali pada opsi kedua, kita bisa lihat beberapa orang tua mematok
kita harus memiliki pasangan yang mempunyai pekerjaan layak atau mungkin
berpenghasilan tinggi, sekalipun nanti uang akan habis dan tuhan sudah mengatur
rexeki sedemikian rupa untuk setiap hambanya. Atau banyak selebriti di negri
ini yang sering di isukan akhirnya bercerai karena penghasilan salah satu pihak
mungkin lebih tinggi dan bisa menyebabkan satu pihak seolah memiliki kebanggan
tersendiri dan memiliki perasaan bahwa dia yang paling hebat karena dia bisa
mengahsilkan uang lebih banyak dibandingkan pasangannya. Tapi ya jika kita
berpikir ke depan, ketika kita sudah dewasa dan nanti berumah tangga, misalnya
saya sebagai perempuan yang kelak akan menikah dan memiliki suami lalu memiliki
keluarga kecil, memangnya mau punya suami yang tidak bekerja dan tidak memiliki
apa-apa? Akan di biayai dengan apa? Akan diberi makan apa saya nanti setelah
menikah jika punya suami yang tidak memiliki pekerjaan? Diberi makan cinta?
Sebab cinta saja tak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupmu. Tapi pasti
pekerjaan yang dimaksud disini adalah tingkat pekerjaan yang tadi saya katakan,
perbedaan tingkatan pekerjaan dan penghasilan yang mungkin menjadi persoalan.
Kesenjangan sosial, stratifikasi sosial. Masalah yang cukup kompleks.
IV
Ketika banyak perempuan
yang mengidamkan seorang laki-laki yang perhatian, loyal dan memenuhi banyak
maumu, namun kamu malah menyia-nyiakannya begitu saja. Memperlakukanmu dengan
manis dan baik, selalu mengajakmu ke tempat-tempat baru, memberikanmu apa yang
kamu inginkan tapi malah kamu yang tidak membalas segala kebaikannya, kamu
harus berpikir dua kali untuk membalas kebaikannya dan kadang mengacuhkannya.
Padahal laki-laki baik seperti itu di dunia ini langka mungkin 1 berbanding 100.
Ah berlebihan, tapi ya belum tentu setelah kamu membiarkan dia pergi kamu masih
akan menemukan laki-laki yang akan menegrtimu seperti dia yang kamu tinggalakan
ini.
No comments:
Post a Comment