Kisah ini adalah kisah tentang laki-laki dibalik seribu topeng,
penuh kepalsuan dan kepura-puraan. Berhias segala keindahan dan rupa penuh
bahagia, berhiaskan segala mimik yang memancarkan rona bahagia, tak pernah
sedikit pun duka menghampirinya. Hanyalah senyuman bahagia dan tawa riang yang
terlukis di wajahnya setiap hari, kamu akan mampu melihatnya dengan jelas.
Itulah dia, si laki-laki dengan seribu topeng. Namun ternyata
semua yang dia tunjukan merupakan hiasan semata, aku yang kerap kali
memergokinya melepas riasan wajah yang selalu melekat di wajahnya, iya benar,
itu adalah topeng yang selalu dia kenakan setiap harinya. Ternyata itu hanyalah
sebuah topeng, bahagia yang terpancar dari dirinya selama ini hanyalah buatan
semata. Bermuka dua.
Selama ini dia adalah lelaki yang akan selalu menunjukkan rasa bahagia dan
semangat yang tinggi, dunia tak akan pernah tahu tentang kesedihan atau masalah
yang menimpanya, dia hanya membagi bahagia pada sekitarnya. Berbagi celotehan,
lelucon, dan segala cerita yang mengundang tawa bersama kerabat dan sahabat
karibnya. Namun dibalik itu semua, harapnya selalu menggantung tinggi akan
wanita pujaannya, membahagiakan orang lain mungkin belum begitu cukup untuk
memenuhi harapannya yang tinggi. Aku yang mengamatinya dengan seksama setiap
harinya, sebagai orang yang mengenalnya sudah cukup lama, aku tahu yang dia
inginkan hanya berbatas keadaan. Dia relakan dirinya mungkin untuk menjadi caci
maki dan bahan tertawaan di setiap harinya, agar setidaknya dia mampu mendapati
diri nya sendiri merasakan kebahagiaan yang teramat sangat dengan melihat
sebuah senyuman manis dan tawa yang mengembang dari wanita pujaannya. Lucu, dia
membuat hidupnya sendiri sebagai lelucon.
Bahagianya dia bagi bersama banyak orang, sementara kesedihannya dia
sembunyikan dengan apik. Suatu saat nanti dia bisa saja menjadi gila karena ini
semua. Menyimpan rapat segala isi hati yang mungkin menyiksa batinnya tanpa dia
sadari. Namun mungkin orang tak perlu tahu. Tapi tuhan tahu segala usaha dan
kebaikanmu, untuk membahagiakan banyak orang-orang di dekatmu. Dan aku, yang
tahu jelas apa yang terjadi padamu, mungkin kamu heran padaku yang
memperhatikan gerak-gerikmu ini, tapi kamu adalah manusia yang cukup bodoh demi
memperjuangkan wanita pujaanmu. Sekali lagi, yang harus disayangkan adalah
keinginanmu berbatas keadaan ketika di akhir cerita kamu hampir saja
mendapatkan apa yang kamu mau. Iya wanita pujaanmu yang kamu buat tertawa
setiap hari akhirnya perlahan menaruh hati juga padamu, tapi ternyata hidupmu
memang tak selalu semulus yang kamu rencanakan dan tak selalu seindah yang kamu
harapkan, ekspektasimu terlalu tinggi.. Padahal hampir jadi, sayangnya semesta
belum menghendaki, dan tuhan punya rencana lain untuk kisah cintamu. Tidak
pahit, hanya ada kerikil kecil yang mungkin membuatmu tersandung. Setidaknya
dengan tahu bahwa dia membalas perasaanmu perjuanganmu tidak telalu sia-sia.
Tuhan hanya sedang memnitamu untuk berjuang lagi, dan lagi, karena jalanmu
masih panjang. Dan kamu bisa memulai untuk memperbaiki diri dan tentu saja
menyayangi dirimu sendiri.
Jangan marah, apalagi mengumpat, jangan salahkan siapapun, apalagi tuhan. Tak
ada yang salah, semua hanya tentang waktu. Waktu yang belum tepat, dengan orang
yang mungkin kamu anggap tepat tapi waktu tidak. Malam itu kamu tampak begitu
murung karena segala hal yang terjadi dengan hidupmu, topeng itu kamu lepaskan
dan kamu terduduk di lantai sembari memeluk lutut. Kepalamu menerawang ke
langit, itu adalah ketika aku memergokimu di teras rumahmu sedang duduk sendiri
dan matamu berkaca-kaca seolah selama ini sudah cukup untukmu menahan
segalanya. Mungkin langit malam itu menemani dukamu, sekalipun bulan dan
bintang bersinar terang menemani sunyinya malam, dan bunyi-bunyi binatang kecil
seperti serannga juga auman binatang buas diluar sana seolah tak mengganggu dan
tak mempengaruhi dirimu dan hati juga batinmu yang mungkin saat itu sedang
terjadi pergolakan disana. Raut wajahmu nampak tak ada gairah,tampak ada
kantung mata di bawah kedua bola matamu yang mungkin ada karena sisa semalam
saat kamu terjaga, kamu menggigit bibir bagian bawah, tanganmu memeluk lutut
dan kamu hanya diam sepanjang malam.. Hingga berjam-jam sampai mungkin kamu
merasa jemu dan ternyata yang kamu lakukan itu tak berguna. Mengapa aku tahu
kamu sudah beranjak dari tempatmu? Karena di keesokan paginya aku tak mendapatimu
di tempat yang sama.
Ternyata kamu keluar dari rumahmu dengan raut yang kembali seperti dahulu kala,
iya dengan topengmu, setidaknya mungkin semalaman merenung dan bergelut dengan
isi kepalamu membuat kamu ingat bahwa hidupmu tak berakhir hingga disini.
Dengan raut wajah riang gembira dan langkah yang pasti aku melihatmu melangkah
melewati gerbang rumahmu seolah siap untuk menyambut dunia ini kembali dengan
segala yang akan terjadi nanti. AKu hampiri dirimu dan kamu lemparkan senyum
khasmu yang diertai dengan lesung pipi itu. Kami berjalan berdua, sebagai
sahabat. Aku hanya bisa menguatkannya tanpa banyak ikut campur, tak banyak
bertanya, biarkan dia yang bercerita sendiri dan membaginya bersamaku, kami
berjalan berangkulan, bernyanyi riang seolah dunia ini mampu kami hadapi
bersama. Itulah dia sahabatku, si lelaki seribu topeng dan angannya yang
terlalu tinggi, karena ketika tak ada lagi yang bisa kamu lakukan dan kamu
merasa hidupmu sangat menyedihkan, ingatlah, hidupmu sudah tuhan rancang dengan
baik, bersyukurlah dan tetap merasa bahagia agar kamu berbahagia.
No comments:
Post a Comment