Malam yang masih sama, aku berkutat kembali dengan hati dan pikiranku. Ketika cinta mampu membutakan semua matamu,
termasuk mata hati dan pikiranmu. Ketika cinta membuat kamu yang ada dalam
pikiranku seolah begitu berharga layaknya sebuah berlian yang harus
diperlakukan dengan baik sementara tidak sebaliknya dengan perlakuanmu padaku,
mungkin. Ketika cinta membuat diri ini tampak begitu bodoh, entah sudah berapa
banyak air mata yang dijatuhkan hanya untuk menangisi orang yang bahkan tidak
mempedulikanmu, berapa kali kamu harus merelakan hatimu untuk dihancurkan demi
seseorang yang bahkan tak kamu ketahui apakah dia pun rela jika hatinya mungkin
harus hancur demi kamu, berapa kali perasaanmu di obrak-abrik olehnya ketika
bahkan kamu merasa hidupmu hampir sempurna ketika tak ada dirinya di hidupmu.
Sesulit
itu kah untuk memulai sebuah pilihan di hidupmu ini? Sebuah pilihan untuk
merelakan dirimu berbahagia dibanding harus merasakan sakit. Sakit lagi dan
lagi? Bukankah sakit itu kamu sendiri lah yang membuatnya? Ketika kamu sering
kali lebih mengikuti kata hatimu dibandingkan logikamu sendiri. Jatuh cinta
membuat kadar logika untuk digunakan menjadi sedikit ketika kamu tak mampu
menahan kemauanmu demi sebuah kebahagiaan yang seringnya terjadi hanya sesaat
saja, kemudian sakitnya datang secara bertubi-tubi. Kembali lagi merelakan hati
ini untuk dihancurkan.
Mungkin
memang harusnya aku telah melewatkanmu di dalam hidupku dari sejak lama,
membiarkanmu dan merelakanmu untuk pergi dari hidupku sejak lama, tanpa
meninggalkan bekas apapun, menghapuskanmu dari dalam hidupku, menghampuskanmu
dan segala tentangmu dengan satu alasan yang harus diingat dengan pasti, tentu
untuk membiarkan diri ini merasa bahagia. Namun nyatanya, hal itu tak semudah
yang dibayangkan dan tak semudah yang aku ucapkan dengan lisanku ini, tak
semudah aku mengedipkan mataku, semuanya tak semudah itu, semua tentang cinta
dan tentang dirimu begitu membuat hidupku cukup untuk dikatakan dan
dikategorikan rumit dan kacau. Melupakanmu, merelakanmu, menghapus segala
tentangmu, akankah suatu hari itu akan menjadi hal yang mudah? Ketika semakin
sering aku mencoba melakukannya, semakin pula rasa rindu muncul kembali. Sebuah
pilihan sulit seringkali membuatmu tak tahu harus menentukan mana yang terbaik
bahkan bagi dirimu sendiri.
Untung
saja hati ini buatan tuhan, jika bukan mungkin sudah tak karuan bentuknya..
Untung saja hati ini buatan tuhan sehingga mampu untuk dipatahkan dan
dihancurkan berkali-kali, sehingga masih mampu untuk merasakan sakit, sehingga
masih mampu untuk menerima sakit. Walaupun mungkin ada jemunya di kemudian
hari, kelak nanti akan ada masanya untuk merasa jemu karena semua hal ini. Ketika
mungkin diri ini masih sibuk menikmati rasa sakit, sementara kamu disana
mungkin sudah merasa bahagia dan menganggap bahwa aku ini tak ada di hidupmu,
mengapa masih saja harus aku lakukan? Apa yang salah dengan diri ini sehingga
terus saja rela menyibukkan diri dengan rasa sakit. Jika ini yang terjadi
padaku, bagaimana denganmu? Pernahkah kamu mengalami fase sesulit ini?
Inspired by : Adera - Melewatkanmu
Inspired by : Adera - Melewatkanmu
No comments:
Post a Comment