Itu dulu, dulu sekali.. Semuanya terjadi jauh hari, sebelum dunia mengenalkan begitu banyak hal padamu, sebelum dunia memberitahumu tentang banyak hal, sebelum dunia memberikanmu banyak hal untuk kamu cerna dan kamu masukan ke dalam kepalamu..
Dulu, pernah ku kenal ada kamu yang selalu bertutur kata baik dan begitu menyenangkan..
Dulu, di hidupku pernah ku kenal ada kamu yang tak bisa melihat ada air mata yang jatuh di wajahku dan tak mau membiarkanku bersedih..
Dulu, di hidupku pernah ada kamu yang selalu memperlakukanku dengan sangat manis..
Kini entah mengapa sosok itu hilang, sirna sudah segala hal baik itu, tak ada lagi kamu, iya tak ada lagi kamu yang dulu aku kenal. Hilang.
Jangankan bertemu denganmu, kini untuk mengirimimu pesan pun tak kunjung aku mendapatkan balasan atas pesan-pesanku. Entah di sebelah mana letak kesalahanku padamu hingga saat ini kamu tak sedikit pun mau membalas pesan-pesanku.Entah apa yang dilakukan oleh semesta sehingga kini terbentang jarak yang amat jauh di antara kita berdua. Tanpa tahu dimana letak kesalahanku dan tanpa pernah kamu mengatakan apa kesalahanku, sebelum hubungan kita di akhiri kamu malah memilih pergi begitu saja tanpa alasan yang jelas. Sementara aku disini diliputi tanda tanya. Entah, entah salahku dimana hingga kamu tega berbuat seperti ini.
Beberapa tahun terakhir yang kita habiskan bersama seolah sama sekali tak ada artinya bagimu.
Beberapa bulan semenjak perginya kamu dengan begitu saja dari hidupku menyisakan sesak di dada dan juga ribuan tanya hingga akhirnya suatu ketika aku mendapati foto dirimu di salah satu akun media sosialmu dengan seorang perempuan yang ku kira tidak lain dan tidak bukan adalah kekasih barumu. Rupanya kamu pergi dariku untuk dia, untuk sosok perempuan itu, perempuan yang ternyata selama ini ada dalam ruang lingkup kehidupan kita. Dia yang sejak dulu kamu bilang hanyalah teman sekelasmu semasa sekolah menengah atas namun nyatanya dia yang menjadi pilihanmu yang membuatmu memutuskan pergi dari aku.
Secepat itu, iya secepat itu kamu melakukannya.
Perihal luka itu, rasanya masih tergambar jelas dalam benakku, sakitnya masih terasa sesak di dada jika diingat. Luka itu begitu nyata, semakin ku coba melupakannya rupanya semakin jelas dalam benakku. Iya, terimakasih banyak. Terimakasih untuk semua luka yang telah kamu torehkan selama ini, terimakasih telah mengajarkanku bagaimana caranya untuk menjadi sosok yang lebih penyabar, terimakasih telah membuat aku mengerti bahwa ternyata kekuranganku masih sangat banyak sehingga aku tak mampu untuk tetap membuat kamu bersama aku.
Terimakasih banyak, semoga selalu berbahagia dengan perempuanmu.
Tertanda,
Aku.
No comments:
Post a Comment