Dia datang tak pernah aku harapkan, dia datang entah bagaimana caranya, dia bahkan bukan orang yang aku kenal sedari dulu, dia hanya datang secara tiba-tiba tanpa-aku-harapkan, aku yakin ini hanya skenario tuhan untuk kisah cintaku, namun pada akhirnya memang aku jatuh sangat dalam dengan segala rasa bahagia, tangisan kecewa dan terluka juga senyum sumringah. Atas dasar apa kemudian tuhan mengirimkannya untukku? Bertahun-tahun aku mengagumi setiap pria yang aku rasa menarik perhatianku, begitu banyak pria yang silih berganti mengisi sebagian kepalaku tapi tak pernah berhasil aku miliki. Mereka-bukan-jodohku, begitu mungkin nampaknya. Atau mungkin menurut tuhan aku belum diizinkan untuk menjalin sebuah hubungan dengan seorang pria yang aku kagumi, berkali-kali aku merasa kagum dan menyukai pria-pria itu karena mereka menarik dan tentu saja memiliki apa yang aku sukai ah tapi buktinya tak ada yang jadi milikku satu pun. Dia yang kan menjadi jodohmu dan menjadi milikmu tidak selalu dia yang kamu inginkan, mungkin bisa jadi dia adalah orang yang datang tiba-tiba untukmu tanpa punya apa-apa namun bisa membahagiakanmu. Aku harap aku menjadi orang yang mendapatkan hal itu.
Sore itu, di koridor kampus aku sengaja duduk untuk sekedar menikmati orang-orang yang sedang berlalu-lalang entah apa tujuan mereka yang pasti aku melihat mereka begitu sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Aku hanya melirik sesekali, saat giliranku melirik yang aku dapati hanya orang-orang yang sibuk mondar-mandir tak karuan, ada yang mengobrol, ada yang sekedar lewat dan di sebelah kiri sana terlihat ada sepasang kekasih yang sedang bercengkrama, tertawa lepas berdua. Aku yakin mereka pasti merasa bahwa sore ini adalah sore yang sangat indah bagi mereka berdua untuk menghabiskan waktu berdua, bagiku sore ini tak ada bedanya dengan sore-sore sebelumnya tak ada yang membuatnya berkesan. Apa yang menarik dari hanya duduk di koridor mengamati orang-orang? Koridor ini sedikit gelap dan dipenuhi banyak poster juga brosur di mading hingga tiba-tiba ada yang mengagetkanku dan membangunkanku dari lamunanku, saat itu aku sedang mendengarkan lagu yang ada di playlist ipod ku dengan kepala yang terus memikirkan banyak hal. Menmang ketika diam saat itulah justru saat yang paling ramai.
"Maaf, boleh ikut duduk di sebelahnya?"
"Oh iya silahkan" kataku sembari cuek saja tak melihat siapa yang duduk. Sekalipun dia pria tampan, apa peduliku. Namun aku nampaknya menarik kembali omonganku ini.
Yang aku lihat dari sudut mataku dia sedang sibuk mengeluarkan sesuatu dari tasnya setelah dia duduk, dia mengubek-ngubek tasnya mencari apa yang akan dia keluarkan hingga akhirnya dia mengeluarkan bindernya, ah untuk apa kemudian aku ingin memperhatikannya? Padahal beberapa detik yang lalu bahkan ributnya orang yang berlalu-lalang di hadapanku tak aku pedulikan dan aku hanya asyik dengan lagu yang berputar di kupingku. Mengapa laki-laki ini datang membuyarkan semuanya? Sial.
"Maaf ya mba, saya mau ikut nulis tugas dulu hehehe" katanya tertawa padaku meminta maaf dengan harapan apa yang dia lakukan tidak mengganggu apa yang aku lakukan.
Baiklah dia memang tampan, tapi lupakan lah. Sebentar, harusnya dia bertanggung jawab karena dia membuyarkan isi kepalaku. Huh. Isi kepalaku yang ramai dengan banyak pertanyaan seketka hilang karena datangnya laki-laki ini, pertanyaan yang menyerang kepalaku dikala diam itu entah untuk apa dia membuat ramai isi kepalaku. Ketika aku diam, bukan berarti isi kepalaku pun ikut diam, justru saat itulah saat paling ramai dalam kepalaku ketika ratusan tanya menyerang. Namun entah, aku tak mengerti saat laki-laki ini datang semua isi kepalaku pun buyar karena dia menyapaku, dia menggangguku yang sedang tenggelam bersama dunia lamunan. Kemudian setelah itu dia mengajakku ngobrol mungkin untuk sekedar mencairkan suasana di antara kami, kau harus tahu ini bodoh jika dua orang duduk bersama namun tanpa kata. Terdiam, tanpa interaksi.
"Anak jurusan apa mba?" tanyanya padaku sembari cengengesan.
"Oh aku anak jurusan akuntansi. Kamu jurusan apa?" jawabku atas pertanyaan laki-laki yang belum aku tahu namanya itu.
"Oh saya jurusan teknik mesin hehe. Nama saya Danang, kamu siapa namanya?"
"Aku via. Kok jauh-jauh sih anak mesin main ke gedung sini?"
"Loh gak boleh emangnya? Hahahaha"
"Yeeee bukan gitu cuma nanya aja, perasaan jauh aja dari gedungnya anak mesin kesini"
"Hahaha tadi saya ada janjian sama temen Vi, anak akuntan juga namanya Vika. Tau dong pasti?"
"Vika? Vika Ramadhania? Itu sih dia sekelas sama aku hahaha. Kok kamu kenal dia?"
"Iya dia sahabat aku dari kecil kebetulan sekarang se kampus lagi disini. Jadi bisa sering ketemu dia"
"Oh gitu toh ceritanya"
Eh sebentar, bukankah beberapa menit yang lalu aku berkata bahwa aku tak peduli ya? Lantas mengapa sekarang aku mengobrol panjang lebar dengan laki-laki ini? Bahkan aku lupa hingga pukul berapa kami tadi mengobrol di kampus berdua. Baiklah aku tidak mau munafik kali ini, dia tampan dan menyenagkan. Semoga ada ketidaksengajaan lain yang bisa mempertemukan aku dengan Danang, lagi.
**
Pagi hari, di kampus masih sepi. Aku datang terlalu pagi hari ini, saking terlalu bersemangatnya aku bahkan aku bangun lebih dulu dibanding alarmku. Aku segera saja menuju kelas agar aku bisa duduk manis dan sekalipun aku sendiri mungkin akan ada yang bisa aku lakukan disana nanti.
"Viaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!"
"Eh apa sih Vick ko teriak-teriak gitu?"
"Kamu abis ngobrol-ngobrol sama Danang yaaa kemarin ampe malem? Ih ko ga bilang aku kalo kamu kenal dia juga Vi? Danang excited banget deh cerita tentang kamu hahahaha ih kalian cieeee deh"
"Vicka hus berisik ih apaan ah kamu, kita baru kenal kemarin doang nggak sengaja udah jangan bawel gitu sih anak-anak yang lain pada ngeliatin tuh!"
"Cieeee Via salting nih hihihi Danang pengen ngobrol lagi sama kamu tuh kata dia kamu asyik orangnya. Dia minta kamu sms ke nomer dia nih"
"Ih Vicka apaan sih nih"
Kenapa ini? Apa ini akan terulang lagi? Aku hanya belum siap untuk menerima segala kemungkinan yang akan terjadi. Luka di masa lalu masih terasa hingga saat ini, untuk melupakan Rheno yang sudah menemaniku di beberapa tahun silam pun aku masih sulit. Ekspektasiku terhadap semua laki-laki yang aku kagumi selalu kembali pada Rheno. Aku selalu bandingkan semuanya pada Rheno bahkan pernah ada laki-laki yang menungguku sekian lama namun aku tetap menolaknya, dia berbeda dengan Rheno, aku takut dia tidak bisa membahagiakan aku seperti Rheno membahagiakan aku. Aku takut tak ada laki-laki yang mampu memperlakukan aku sebaik Rheno. dan mengapa dia harus pergi? Bahkan pergi untuk selamanya... Namun aku tak bisa terus menerus seperti ini, membandingkan semua laki-laki dengan Rheno. Tak terhitung berapa kali semua teman dan bahkan Ibu menegurku untuk berhenti seperti ini, tapi mengapa Rheno masih saja menjadi patokanku...
"Dan, ini aku Via"
Entah apa yang merasuki otakku hingga aku berani mengirim sms seperti itu pada Danang.
"Eh heloo Vi, akhirnya kamu sms juga :)"
Apa?! Akhirnya?! Maksudnya dia menunggu sms ku??
"Eh kok? Memangnya kamu tunggu sms aku yah Dan?"
"Iya vi daritadi aku nungguin kamu sms aku. Besok ngampus jam berapa vi? Ketemu yuk, pengen ngobrol-ngobrol lagi"
"Besok dari jam 8 ampe jam setengah 12 Dan, besok sms aku aja ya"
Tuhan... perasaan macam apa ini, tiba-tiba aku merasakan tubuhku mendesir seolah-olah seluruh darah naik menuju otak. Aku.. malu akui ini. Aku mau mencoba dan semoga untuk kali ini tidak mengulang kecewa lagi.
Kami yang berkirim pesan hingga larut malam dan tak sabar untuk bertemu di esok hari.
**
*beep beep*
"Hai Via, dimana? Aku di bawah gedung fakultas kamu"
Percayalah, aku kaget menerima pesan singkat itu. jantungku berdegup kencang, mengapa? Mengapa harus dengan Danang yang baru ku kenal aku merasa seperti ini? Mengapa Danang yang berhasil membuatku merasa seperti ini? Aku malu untuk mengahmpirinya kali ini. Apa aku sudah terlihat rapi? Apa aku cantik? Apa aku tidak nampak kucel aaaaa aku diserang banyak tanya. tenang Via, kamu tidak akan apa-apa, pergilah dan temui Danang. Aku mencoba menenangkan diriku seniri sebelum bertemu Danang. Berharap tidak canggung saat bertemu dengannya.
"Danang!"
"Nah Via, akhirnya dateng juga, sini duduk"
"Tumben nih pengen ketemu ada apa Dan?"
"Pengen ngobrol aja Via, gapapa kan? eh sebenernya aku pengen bilang sesuatu sama kamu nih"
"Paan? Awas kalo aneh-aneh!"
"Aku pengen ngajak kamu jalan Vi satnight nanti, mau gak?"
"Kemana? Hmmm boleh deh kemon"
"Kemananya rahasia deh tar aku aksih tahu kamu pas hari H. Pokonya thanks berat kamu udah mau nerima ajakan aku"
Aku? Sedang bermimpi mungkin. Jelas-jelas ini pasti mimpi ada seorang laki-laki yang mengajakku jalan.
Tapi ini nyata, mana mungkin aku bermimpi. Hela nafas Danang terasa di kupingku dengan jelas, dia bahkan terengah-engah seolah-olah dia telah lari berpuluh-puluh kilometer, dia nervous karena sebelumnya dia tidak pernah berani untuk mengajak seorang perempuan pergi berdua. Selalu, waktu lama yang kami habiskan berdua terasa sangat singkat. Kami berbicara mengenai banyak hal berdua, namun rasnyanya kami selalu merasa waktu yang kami miliki ini kurang, dan kami butuh waktu lebih banyak untuk menghabiskan waktu berdua sekalipun hanya sekedar mengobrol atau bertukar pikiran, bersama Danang ini menyenangkan. Hari sudah malam dan kami masih betah duduk di pelataran kampus berdua, Danang mulai merangkulkan tangannya pada bahuku dan memintaku menyenderkan kepala di bahunya, tuhan, mengapa lagi ini? jantungku berdegup kencang lagi. Dia melingkarkan tangannya pada tubuhku meminta aku menenggelamkan diri dalam pelukannya, dengan jelas aku dapat mendengar degup jantungnya yang juga berdebar kencang. Dia kemudian mencium kepalaku dan aku menatapnya, dia balas menatapku dan kami berrdua tersenyum. Au hanya bisa meninkmati hangat tubuhnya dan menikmati indahnya malam bersama Danang dibawah lampu kampus yang sudah dinyalakan sejak setengah jam yang lalu.
"Thanks Via" bisik Danang di telingaku.
**
Besok lusa seperti yang sudah Danang janjikan, dia akan membawaku pergi ke suatu tempat. Iya seperti ajakannya. entah aku tak tahu dia akan membawaku kemana aku hanya ikut saja sesuai aturan dia, dia menyuruhku memakai dress warna putih.
Dan setelah menikmati perjalanan sekitar setengah jam setelah Danang menjemputku ternyata dia mengajakku makan malam di sebuah restoran yang sudah dia persiapkan. Ah betapa romantisnya dia, dia tahu bagaimana memperlakukan aku, dia tahu bagaimana membuatku bahagia dan mungkin ini lebih dari apa yang Rheno lakukan. Aku meleleh dibuatnya.. Disana danang sudah menyiapkan sebuah meja yang sudah tertata rapi di bagian outdoor dengan lampion lampion yang tergantung dan lilin yang manis menyala di atas meja. Senyum manis mengembang dari bibirku.
"Silahkan duduk nona cantik"
Aku tak bisa banyak berkata-kata yang jelas malam ini Danang sukses membuatku bahagia, tak salah aku mengiyakan ajakannya. Danang benar-benar tahu bagaimana membuat aku tersenyum manis malam ini dan tentu aku takkan lupa malam ini. Terimakasih banyak pria manis berlesung pipi, Danang Narendra :)
**
Setelah hari pertama dimana kami jalan berdua, intensitas kami bertemu menjadi sangat sering. Tidak hanya di kampus bahkan dia sering berkunjung ke rumahku hanya untuk mengajakku ngobrol atau bercanda bersama. Kami sudah mengunjungi banyak tempat bersama, Danang mengajakku pergi ke banyak tempat baru dan itu selalu menyenangkan, asal bersama Danang. Bunga, hadiah, dia berikan yang aku mau tanpa pernah aku minta. Dia memperlakukan aku dengan sangat anis dan penuh perhatian. Hanya saja, sudah 3 bulan kita seperti ini tanpa kepastian dan status yang jelas. Danang tidak pernah secara pasti mengungkapkan perasaannya apdaku dan membuat aku terkadang ragu dengan apa yang dia lakukan, untuk apa dia lakukan ini semua jika tidak ada motif yang jelas? Aku tidak mau menjadi seseorang yang menaruh harapan lebih namun aku pun tak mau menjadi seseorang yang diombang-ambingkan dalam ketidakpastian seperti ini, apa yang sulit dari hanya sekedar mengungkapkan perasaan dan tidak membuat orang menjadi ragu? Aku bahkan tidak tahu harus menjalani ini hingga kapan, aku senang menjalani ini, mendapat perhatian dari Danang, hadiah, bunga, dan segalanya. namun apalah artinya jika Danang pun tak pernah memberi tahu apa yang sebenarnya dia rasa padaku, minggu depan ulang tahunku aku harap Danang tidak lupa dengan janjinya akan memberiaknku 20 mawar putih untuk hadiah ulang tahunku.
Aku harap...
**
Aku tak meminta lebih di hari ini, kau ingat hari ulang tahunku pun aku cukup bahagia tak perlu kau menghilang selama 3 hari tanpa kabar membuatku khawatir seperti ini. Tak ada pesan datang darimu, tak ada kabar apapun tentangmu, dimana kah kau Danang?
Di hari ulang tahunku, kau lupa, tak ada ucapan darimu, mungkinkah kau bahkan tak ingat? Janjimu akankah hanya sekedar janji palsu?
*beep beep*
Vicka Ramadhini
20 Oktober 2007 8:40
Via, Danang kecelakaan, dia masuk rumah sakit tadi pagi. Kaki nya patah dan sekarang lagi mau dioprasi :((
*deggg*
Danang? Setelah 3 hari kamu pergi menghilang tanpa kabar mengapa sekarang aku harus dapat kabar seperti ini?
"Vick, serius? Sekarang Danang dimana? Kamu dimana? Aku nyusul kamu sekarang!! Aku lagi di rumah eyang nih, kamu tunggu aku, aku nyusul ke tempat kamu secepetnya"
"Aku kerumah kamu aja Vi, kita gak usah ke rumah sakit dulu. Pokoknya aku ke rumah kamu aja, kita ketemu di rumah kamu"
"Tapi, buat apa? Yaudah aku pulang sekarang"
Perasaanku sungguh tidak karuan, mengapa aku harus dapat kabar seburuk ini di hari yang aku anggap akan bahagia dan sempurna... danang, semoga kamu baik-baik saja.
Aku segera meluncur pulang ke rumah untuk bertemu Vicka dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi pada Danang, aku yakin dia tahu apa yang sebenanrnya terjadi dan mengapa Danang bisa seperti ini. Danang, aku khawatir sekali padamu... sesampainya di rumah aku segera berlari menuju kamar namun mengapa kamarku terkunci seingatku sebelum aku pergi aku tidak mengunci kamarku. Beberapa saat pintu terbuka dan....
"HAPPY BIRTHDAY VIA RIZKITA!!!!!"
Sial, Danang, Ibu, Ayah, Eyang dan bahkan Vicka ternyata sudah bekerjasama untuk mnegrjaiku di hari ulang tahunku dengan mengatakan bahwa Danang keselakaan dan membuatku sangat panik dan tidak karuan ternyata diam-diam mereka semua ada disini sudah menghias kamarku dengan semanis mungkin, disana ada tulisan "HAPPY 20TH BITRHDAY VIA RIZKITA" dengan bunga yang berserakan disana-sini dan yang spesial tentu 20 bunga mawar putih sesuai dengan janji Danang padaku...
"Hahahahhaha maafin kita-kita ya Vi, ini idenya Danang tuh aku mah ikut-ikut aja jadi langsung kontek papa-mama kamu buat minta tolong hahahhahahah"
"Jangan kusut gitu dong mukanya Vi, ide aku udah keren gini kan, aku sengaja 3 hari ini ngga ngabarin kamu karena ini klimaksnya dimana semua pertanyaan kamu bakal aku jawab dengan senang hati dan kamu harus tahu ini sekarang juga. Via Rizkita, maukah kamu jadi pacarku?"
"Ah Danang kenapa sih!!! kamu tuh ya.. selalu nggak bisa ketebak, kadang tiba-tiba ada di depan rumah bawa bunga, kadang tiba-tiba di kamar ada hadiah dari kamu tapi beneran untuk yang satu ini kamu nggak ketebak banget ini parah banget lebih dari biasanya. Kamu tahu gak sih segimana khawatirnya aku waktu Vicka bilang kamu kecelakaan. Ah Danang, aku speechless beneran.. Makasih banget buat kalian semuanya tapi aku keseeeel!!"
"Eh ko Via nangis, sini sini Danang peluk, jangan nangis dong jelek, jadi gimana, mau ga jadi pacar Danang?"
"Iya mauuuu!!"
"Hahhahahah ciyeee selamat yaaa kalian"
Ah sungguh mereka ini benar-benar handal dalam mengerjai aku, tak terbayangkan bahwa bisa seperti ini. Akhirnya aku mendapatkan ajwaban atas segala keraguanku. Terimakasih Danang telah memilih aku jadi teman hidupmu. Semoga pilihan kita ini tidak salah dan pilihan kita ini menjadi yang tebaik untuk kita :)
Dia indah meretas gundah
Dia yang selama ini ku nanti
Membawa sejuk, memanja rasa
Dia yang selalu ada untukku
Di dekatnya aku lebih tenang
Bersamanya jalan lebih terang
Tetaplah bersamaku jadi teman hidupku
Berdua kita hadapi dunia
Kau milikku ku milikmu kita satukan tuju
Bersama arungi derasnya waktu
Kau milikku, ku milikmu
Kau milikku, ku milikmu
Di dekatnya aku lebih tenang
Bersamanya jalan lebih terang
Tetaplah bersamaku jadi teman hidupku
Berdua kita hadapi dunia
Kau milikku ku milikmu kita satukan tuju
Bersama arungi derasnya waktu
Bila di depan nanti
Banyak cobaan untuk kisah cinta kita
Jangan cepat menyerah
Kau punya aku, ku punya kamu, selamanya kan begitu
Tetaplah bersamaku jadi teman hidupku
Berdua kita hadapi dunia
Kau milikku ku milikmu kita satukan tuju
Bersama arungi derasnya waktu
Kau milikku, ku milikmu
Kau jiwa yang selalu aku puja
Inspired by @tulusm - Teman Hidup
No comments:
Post a Comment