Friday, January 30, 2015

# #30HariMenulisSuratCinta

Kamu, dalam doaku.

Teruntuk, kamu...


Hai, selamat malam kamu yang jauh disana. Ini pukul 23.57 tepat dimana aku memulai menulis surat ini untukmu dan nampaknya, aku merindukanmu. Pertanyaan klasik yang selalu dilemparkan saat seseorang sudah lama tak jumpa, apa kabar? Iya, apa kabarmu disana? Diam-diam aku yang tak berani bertanya ini memang Ingin tahu seperti apa kabarmu, aku disini hanya mampu mendoakan agar kamu baik-baik saja disana. Karena katanya mendoakan seseorang adalah cara memeluknya dari jauh..
Ada perasaan rindu yang begitu nyata terasa, dia menggelayutid setiap malamku, semakin aku coba untuk menghindarinya, rindu itu terasa semakin nyata dan dia memang ada. Tak bisa aku pungkiri bahwa memang kamu masih menjadi yang dirindukan walaupun rinduku ini seringnya rakus dan tak tahu diri. Rakus karena dia selalu menghabiskan sepanjang malam dengan merindukanmu dan tak tahu diri bahwa kamu sesungguhnya tak lagi pantas untuk aku rindukan. Yaaaaa memang rindu kan seperti itu, tak tahu diri pada siapakah dia sesungguhnya harus dijatuhkan, ini adalah aku yang kemudian menjadi merugi karena aku tak bisa berbuat apa-apa. Aku rindu, tapi aku tak bisa melakukan apapun selain hanya melihatmu dari kejauhan, melihat apa yang kamu lakukan melalui akun social mediamu, berharap dari sana aku bisa menemukan secuil hal tentangmu yang ingin aku ketahui dan aku tak perlu menanyakannya langsung kepadamu.

Ada rasa yang orang sebut sebagai gengsi, yang membuat aku menjadi orang yang seperti saat ini. Seringnya aku malah menjadi sibuk menerka-nerka tentangmu, resah ingin mengetahui kabarmu, dan selalu penasaran mengenai apa yang kamu lakukan. Iya, rasa gengsi lah yang menjadi tembok besar yang kemudian menghalangi segala rasa ingin tahuku. Padahal kamu pun tahu, jika aku ingin tahu tentangmu aku bisa saja langsung menanyakannya padamu, semudah itu. Tapi nyatanya tidak, rasa gengsiku ini nampaknya lebih besar dari rasa ingin tahuku, dan mungkin tak ingin membiarkan diri ini pada akhirnya malah berakhir dengan luka dari rasa acuh yang selalu kamu tunjukkan. 

Bagaimanapun keadaanmu di jauh sana, aku selalu mendoakanmu dari sini agar kamu selalu baik-baik saja, karena aku tahu, bertemu denganmu untuk saat ini merupakan hal yang tidak mungkin lagi, hal yang tidak mudah lagi, hal yang tidak dapat dilakukan dengan mudahnya seperti dulu. Dengan ini aku hanya ingin menyampaikan padamu, agar kamu selalu menjaga dirimu dengan baik, agar aku disini sebagai orang yang merindukanmu tidak akan mengkhawatirkanmu. Doaku tentangmu akan selalu retiring tanpa perlu kamu minta, doa ini tulus, semoga kamu tak menganggap ini sebagai caraku untuk mencari perhatianmu. Tidak, tidak seperti itu.

Sebelumnya, terimakasih banyak sudah mau membaca surat ini hingga selesai, jaga dirimu baik-baik, semoga tuhan selalu menjagamu, semoga tak ada yang berani melukaimu ya, aku sudah menitipkanmu pada tuhan agar tuhan menjagamu dengan baik karena aku tak mampu melakukannya. Semoga doaku didengar oleh tuhan.



Terimakasih. Tertanda,


Maharani.

4 comments: