Tuesday, May 22, 2018

# Talk About Life

Idealis VS Realistis

Bulan lalu saya sempat bikin sebuah vote di akun Instagram story saya, di mana saya bingung menentukan tema tulisan yang harus ditulis terlebih dahulu, dan gambar di atas terlampir bahwa netizen menginginkan tulisan dengan teman seperti di judul ini (alhamdulillah followers di akun instagram saya masih waras nggak mengharapkan tulisan cecintaan melulu, hahaha). Belakangan ini saya sedang merasa agak dilematis perihal Idealis VS Realistis ini, dan beruntungnya rupanya saya nggak sendirian untuk discuss perihal topik ini. Di sekeliling saya ternyata banyak pula teman-teman yang mengalami hal serupa dengan saya, dan saya pun selalu menemukan orang-orang yang ternyata setuju dengan saya, tapi saya merasa harus mengangkat topik ini untuk menjadi bahan tulisan yang mungkin bisa dibagikan dengan teman-teman semuanya (yang barangkali mengalami kegundahan mengenai topik ini, seperti saya).

Sempat beberapa kali melihat postingan dari salah satu teman yang juga membahas ini lalu ternyata memang tak sedikit yang katanya galau perihal topik ini, apalagi setelah lulus kuliah. Call it quarter life crisis, maybe? Apa sih quarter life crisis itu? Singkatnya, adalah kondisi di mana di usia seperempat abad ini kamu mengalami kebimbangan dalam menentukan tujuan hidup kamu, di usia 25 tahun kamu dianggap sudah dewasa dan cukup matang untuk menentukan pilihan hidupmu, atau amu bisa baca di sini untuk lengkapnya. Di usia setelah lulus kuliah sampai usia 25 tahun ini mungkin kamu akan ditujukan kepada kebimbangan untuk memilih lanjut kuliah s2, mau menikah saja, atau kerja? Jenis pekerjaan nya pun di breakdown lagi, mau kerja di perusahaan bonafit sampai tercapai atau apa saja yang penting saya kerja. Iya, seperti itu lah kegalauannya.

Vote 1 : Idealis / Realistis
Berdasarkan hasil vote sih, katanya teman-teman di akun instagram saya mengaku mereka adalah orang-orang yang dikategorikan sebagai orang yang realistis, so do i. Saya realistis banget sama kehidupan ini karena kalau menunggu sampai saya benar-benar dapat segala sesuatu yang saya inginkan rasanya butuh waktu lama sekali atau ya intinya tidak semudah itu. Idealis perlu, tapi syukurlah idealis saya nggak mahal (seperti kata seorang teman yang berbicara pada saya) kalau saya ingin kerja sesuai dengan passion dan tetap idealis kebetulan nggak mahal dan masih bisa dicapai, memangnya apa sih passion dan keinginannya Maharani? Saya suka banget sama dunia media sosial dan menulis, saya ingin kerja di industri itu tapi sampai saat ini belum tercapai. Kalau ditanya memang sekarang kerjanya nggak sesuai passion? Masih di industri yang ada kaitannnya dengan jurusan kuliah dan sedikitnya ada pekerjaan dengan media sosial dan menulis tapi kan tidak sepenuhnya. Merasa terbebani? Sejauh ini saya masih merasa pekerjaan saya ini baik-baik saja dan menyenangkan, sulit? Nggak juga, saya mau mencari tahu caranya bagaimana kalau saya tidak bisa. Kalau keinginan saya kerja ada di tingkat yang tinggi seperti benar-benar mengejar perusahaan bergengsi, rasanya saya takut keburu stress kalau itu tidak tercapai.

Kenapa harus realistis, sih? Karena kita hidup di dunia nyata dan segala sesuatunya tidak bisa selalu berjalan dengan mulus sesuai harapan. Alasan lulus kuliah cepat untuk saya adalah supaya orang tua saya nggak perlu biayai kuliah saya lebih lama lagi. Alasan saya bekerja di industri ini apa? Karena saya realistis, saya butuh untuk membiayai hidup sendiri dan keluarga. Titik pencapaian kesuksesan setiap orang itu berbeda-beda. Saya pernah baca sebuah tweet yang menyampaikan perihal itu, ada yang sukses karena berhasil menguliahkan adik-adiknya sampai lulus kuliah, sukses karena bisa memberangkatkan orang tua pergi haji, sukses karena memiliki usaha sendiri, atau suskes karena menafkahi orang tua dan keluarga lain. Tak ada yang bisa menyamai setiap pencapaian di hidup orang. Bagi saya sih ya saya udah nggak mau lagi merepotkan orang tua dengan minta uang kepada orang tua karena mungkin sudah fasenya kita yang bisa ngasih sama orang tua, walaupun nggak banyak, percayalah mereka akan sangat bahagia. 

Vote 2 : Kerja Ngejar Passion / Apa Aja Yang Penting Kerja
Berlanjut di hasil vote kedua ini rupanya teman-temanku mungkin agak bimbang, ya (hahaha). Sebab hasil vote nya sungguh beda tipis antara dua pilihan di atas. Memang pilihan terbanyak jatuh di "Kerja Sesuai Passion" yaaa siapa sih yang nggak ingin kerja sesuai dengan passion, di bidang dan keahlian yang sesuai dengan kemampuan? Everybody want it, and also me too. Sering banget kan dengar kalau kerja sesuai passion di bidang yang kamu suka itu bikin kamu kerja dengan nyaman dan produktif, bikin kamu suka dengan pekerjaan kamu dan akan semangat menjalankan setiap pekerjaan karena kamu menyukainya, atau akan membuat kamu nggak merasa lelah karena pekerjaan yang kamu jalani ini benar-benar pekerjaan yang kamu sukai. Yaaaa memang nggak bisa dipungkiri sih, kalau memang kamu suka dengan pekerjaanmu artinya kamu nggak akan merasa terbebani, kalau kamu mampu dengan segala perkerjaan yang kamu sukai semua pekerjaan itu akan sesuai dengan semestinya dan intinya kamu happy menjalani pekerjaan itu karena itu yang kamu suka. Tapi setelah ini bisa jadi ada opsi lain yang muncul ke kehidupan kamu, pekerjaan ini kamu sukai tapi ternyata jenjang karirnya nggak ada dan gajinya stuck, nggak terlalu besar, lalu ada perusahaan lain yang menawarkan pekerjaan dengan gaji yang lebih tinggi tapi kurang kamu sukai pekerjaannya. Nah inilah yang kemudian banyak terjadi di lingkungan saya dan pertemanan saya. Nggak hanya satu orang yang sering galau perihal itu.

Dan jawaban saya selalu sama,
"Kalau kamu kerja orientasinya mengejar uang dan gaji yang besar, ya ambil tawaran dengan gaji yang lebih tinggi itu, tapi resikonya kamu nggak begitu menikmati pekerjaan tapi ya kamu bisa kerjain. Kalau kamu kerja orientasinya mengejar passion ya kamu stay di tempat di mana kamu bisa berkembang dengan pekerjaan yang kamu suka, walaupun misal gajinya nggak terlalu tinggi" 

Kalau saya sejujurnya tipe dengan opsi kedua, yaitu kerja apa saja yang penting kerja dan punya penghasilan. Tapi beruntungnya, saya kerja masih sesuai dengan bidang dan keahlian saya, passion saya ingin bekerja di dunia media tapi di tempat kerja sekarang ini pun saya masih bersyukur karena pengalaman yang saya dapat banyak sekali, terlebih saya masih bisa mengerjakannya, kalau saya kerja asal kerja tapi benar-benar blank itu baru saya nggak bahagia sama sekali, hahaha. Tapi sejauh ini saya menganut prinsip kerja apa aja dulu selagi saya mampu dan saya punya penghasilan untuk sedikitnya bantu cari nafkah buat keluarga. Belum lagi hasrat dan keinginan beli ini itu pasti ingin dipenuhi hahaha nggak sih bercanda, intinya saya bekerja apa pun karena saya butuh mencari nafkah dan menyambung hidup dan jangn lupa, menabung! Saya sadar diri kalau saya bukan dari keluarga konglomerat yang nafas doang juga sudah kaya raya, saya juga bukan yang bekerja jadi pns dan nantinya akan punya pensiunan sehingga hidup di masa tua akan terjamin, so i need to fight for that, berjuang buat hidup di masa depan nanti. Kalo kata Mas Alitt di salah satu tulisannya di blog, kita harus menabung dari penghasilan kita karena kita nggak akan pernah tahu apa yang akan menimpa hidup kita kelak. 

Vote 3 : Terlampir
Untuk vote ketiga ini agak lucu juga karena rupanya yang jawab idealis di vote sebelumnya rupanya masih pilih jawaban yang kedua yaitu "Kerja apa saja yang penting mampu dan sesuai keahilan" hahahaha that's the point, realistic! Sebenarnya intinya sih mimpi dan harapan dari setiap orang bangeeeet bisa kerja sesuai passion, gaji besar dan perusahaan yang bonafit tapi kan kenyataan nggak semua berjalan mulus, jalan tol aja yang katanya lancar sekarang sering macet? Lha.

Tapi serius, bisa saya tarik kesimpulan kalau memang realistisnya orang cari kerja ya utamanya kan untuk mencari nafkah, dia kerja sesuai passion, di tempat yang bonafit dan sesuai keahilan itu adalah hoki dan bonus buat dia. Cuma saya bukan tipikal orang yang akan menganggur untuk jangka waktu tertentu sampai saya benar-benar bisa dapat pekerjaan yang saya impikan, bagi saya kalau di depan saya ada peluang yang bisa saya dapatkan ya kenapa nggak? Dari beberapa vote sebelumnya kemudian muncul lah beberapa opini dari teman-teman di akun instagram yang masuk ke direct message akun saya. 

Kak Aga #1

Kak Aga #2

Saya setuju dengan apa yang disampaikan oleh Kak Aga, karena mungkin memposisikan sama sebagai anak pertama yang menjadi tulang punggung keluarga, terlebih jika orang tua sudah tak lagi bekerja di tahun-tahun awal memang perlu survive sampai stabil dan dapat yang sesuai harapan,baru nanti kita bisa kejar passion setelah kita rasa posisi kita sudah "enak".


Fissy #1
He's an idealism one, tapi argumennya benar dan saya setuju. Kerja di mana pun kita harus nyaman, ya nyaman dengan pekerjaan dan jobdesc nya, nyaman dengan lingkungan dan lainnya, sebenarnya saya mengalami juga, ketika sudah nyaman pada akhirnya saya lupa pada hal yang tidak menyenangkan, seperti misalnya ada teman yang membuat nyaman dan bikin suasana jadi menyenangkan, membangun suasana kerja menjadi positif. 

Anonim #1
Nah beda kasusnya dengan mba satu ini yang bercerita kepadaku, di dunia kerja ini orang-orang yang ambisius pasti akan berlomba demi ada di titik tertinggi dengan terkadang menghalalkan segala cara, jangan heran kalau nantinya akan sering menemukan orang-orang yang cari muka, Sometime kita harus jadi orang yang berani bilang nggak dan jangan terlalu nggak enakan (padahal saya sendiri orangnya nggak enakan dan paling susah nolak banget), kalau ada di posisi mba ini aku pun akan memutuskan untuk mencari kerja lain dan pastinya rezeki yang berkah, ketimbang kerja di tempat dengan gaji besar tapi kondisinya kayak diceritakan di atas.. 

Iyan #1

Iyan #2

Iyan #3
Nah kalau ini argumen yang benar-benar dengan relevan dengan saya dan setuju semuanya, hahahaha saya nggak bisa menyanggah karena apa yang disampaikan hampir seluruhnya juga merupakan apa yang ada di pikiran saya. Nah memang benar, kegalauan ini balik lagi ke kondisi lingkungan, di setiap kampus, dalam setiap jurusan life plan nya akan berbeda. Dan benar, kadang waktu kuliahnya dia jurusan apa pada akhirnya kerja di perusahaan yang bidangnya nggak sesuai dengan apa yang dia pelajari semasa kuliah, tapi yaaa who knows, ternyata kan Allah kasih rezekinya disana dulu? Tapi kalau pekerjaanmu saat ini masih bisa memberi berkah, kalau kata Iyan ya jangan ditinggalkan, kalau pekerjaanmu sudah tak ada manfaat dan berkahnya buatmu apalagi orang lain, ya tinggalkan. Cari pekerjaan ini kan berkaitan dengan rezeki yang kamu dapat juga, idealis bisa di kesampingkan terlebih dahulu kalau realistis harus di kedepankan. Iyan ini adalah salah satu teman yang harus bekerja jauh dari keluarga, sehingga beruntunglah kita yang mungkin bisa kerja dekat dengan keluarga dan sudah mendapatkan pekerjaan yang layak. Kadang saya agak gemas sama orang yang sudah kerja dengan gaji yang cukup besar, dekat dari rumah, kerjanya enak tapi masih saja mengeluhkan pekerjaannya, padahal di luar sana banyak sekali orang yang berlomba-lomba ada di posisimu. Di luar sana bahkan masih banyak sekali orang yang ingin dapat kerja apapun, jadi sebisa mungkin bersyukur dengan apa yang di hadapanmu sekarang. Namun jangan cepat puas, supaya kamu masih mau berjuang untuk mendapatkan sesuatu yang lebih, prestasi misalnya?

Ratih #1

Ratih #2
Nah ini juga salah satu problem yang cukup klasik, hidup dengan terikat pola pikir orang tua. Nggak sedikit teman-teman saya cerita kalau tolak ukur kesuksesan dari orang tua mereka adalah kalau anaknya bekerja di dinas menjadi seorang PNS atau bekerja di BUMN, sehingga orang tua-orang tua ini ingin sekali anaknya bekerja di tempat tersebut. Sementara pada kenyataannya kesuksesan tidak hanya bisa kita dapat dari menjadi seorang PNS atau bekerja di BUMN, ada banyak hal menuju kesuksesan yang bisa kita capai. Tapi nggak banyak juga orang tua yang paham dengan pola pikir lebih baik anak menjadi entrepreneur dan memberikan lapangan kerja untuk orang lain, intinya hanya ingin anaknya menjadi seorang PNS atau bekerja di BUMN. Alasan kenapa kedua pekerjaan itu menjadi idaman setiap orang adalah karena jaminannya, dapat pensiun di masa tua, gajinya menjanjikan intinya semua serba layak, nggak kerja serabutan. Tapi kan nggak bisa semua di sama rata kan, nggak bisa semua di pukul rata, bisa jadi ada yang sukses dengan menjadi pengusaha dan bahkan penghasilannnya lebih dari menjadi pegawai di dinas sebagai PNS atau pun bekerja di BUMN. Tapi apapun itu pilihan kalian, semoga merupakan pilihan paling menyenangkan, paling nyaman dan paling dipilih dengan kondisi dan keadaan terbaik kalian, ya!

Selisa #1
Nah kalo ini sih agak rumit, tapi sebagian orang akan selalu menjadikan menikah sebagai jalan keluar dari setiap permasalahan, misalnya "capek kuliah, ingin nikah aja", "capek kerja, ingin nikah aja" dan capek-capek lainnya yang selalu ditujukan dengan menikah sebagai destinasi akhir pelarian dari segala masalah. To be honest, for me marriage is not the answer for every problem. Saya kadang agak keki dengan orang yang selalu bilang ingin nikah sih hahaha sorry to say, saya mau juga menikah tapi saya pastikan saya sudah benar-benar siap untuk ada di stage kehidupan bagian itu. Menikah itu bukan perkara mudah, lho. Cari partner hidupnya saja bukan hanya untuk 1 atau 2 hari, melainkan seumur hidup, S E U M U R H I D U P. Selain itu ada pula perintilan persiapan pernikahan yang memakan biaya padahal itu hanya sekelumit dari perjalanan awal, kehidupan setelah menikah perlu banyak sekali hal yang harus disiapkan, terutama yang terpenting adalah mental! 

Menikah itu nggak cuma mempersatukan antara kamu dan pasanganmu, tapi kedua keluarga, dua kebiasaan, dua adat istiadat yang akan dilebur menjadi satu, yang biasa sehari-hari sendiri nanti ada temannya, yang bisa saja nggak sejalan akan menjadi kerikil kecil nantinya, pokoknya nggak akan semudah itu, makanya saya lebih memilih mempersiapkan diri terlebih dahulu, inginnya menabung dulu supaya menikah tak perlu merepotkan orang tua dan sampai nanti tak perlu lagi merepotkan orang tua. Mental, pokoknya menyiapkan mental untuk segala tantangan kehidupan setelah menikah kelak.

Jadi, bagi saya kesimpulannya adalah kembali lagi ke orientasi dan tujuan masing-masing orang, setiap pribadi punya destinasi hidupnya masing-masing, punya kebutuhannya masing-masing dan juga porsi hidupnya masing-masing. Setiap kalian berhak memilih menjadi realistis atau pun idealis, bagi saya yang paling perlu adalah realistis. Menjadi idealis nampaknya perlu hoki dan juga keahlian lebih untuk menuntun pada hal-hal yang diharapkan untuk menjadi nyata. Bagi saya, menjadi realistis merupakan sebuah keharusan karena hidup ini tidak berhenti, hidup ini berjalan terus, hidup ini tak bisa kita atur dengan sesuai kehendak kita, maka dari itu kita perlu berjuang untuk hidup kita. Bekerja di mana pun bisa jadi itu yang sudah digariskan atau memang sudah kehendak dari Allah, bukan? Bagi saya jika orientasinya mencari rezeki dan nafkah, apapun yang sedang kamu jalani dan ada di hadapanmu saat ini akan sangat kamu syukuri, jika ada tawaran lebih baik tentu dengan senang hati akan kamu ambil. Jika orientasinya memang mengejar karir yang bagus di perusahaan tertentu ya mungkin kamu perlu bersabar dan berjuang untuk waktu yang tidak singkat sampai kamu benar-benar mendapatkan apa yang kamu mau. 

Kalau saya adalah #TimRealistis, karena kenyataan di hidup saya mengharuskan saya untuk realistis, menjalani pekerjaan yang ada di depan mata dan bersyukur pula bahwa pekerjaan ini sesuai dengan kemampuan dan bidang yang saya pelajari selama kuliah. Banyak yang bisa saya ambil dari pekerjaan ini, ilmu dan pengalaman yang akan jadi bekal. Perihal jumlah gaji, inshaa Allah masih cukup untuk kebutuhan sendiri dan semoga kelak di beberapa tahun ke depan saya bisa dapat yang lebih dari ini supaya bisa memenuhi semua kebutuhan saya dan juga keluarga, bisa membahagiakan orang tua dan memiliki tabungan cukup untuk masa depan. Karena nggak bisa di pungkiri kehidupan saat ini segalanya makin mahal, makanya kita perlu kerja keras untuk memenuhi semua kebutuhan itu. Hahaha intinya semangat, semoga segala mimpi-mimpi dan harapan kita semua bisa tercapai, semoga segala kerja keras kita berbuah hasil di masa depan. Semoga dengan bersusah payah kita di masa muda kelak kita akan menikmati hasil yang bahagia di masa tua, kelak kita sudah hidup bahagia bersama anak cucu menikmati buah kerja keras semasa muda. Nggak mau dong pastinya di masa tua kita masih memikirkan bagaimana caranya buat survive dari kehidupan? Itu artinya, jangan sia-siakan waktu yang ada saat ini, do your best, don't stop until you proud! Mau jadi realistis atau idealis, yang penting harus bekerja keras, bekerja cerdas, produktif, dan intinya adalah semangat!

No comments:

Post a Comment